Rasa sering dikatakan bentuk indra paling primitif. Namun penelitian baru mengungkapkan kompleksitasnya.
Yang selama ini kita ketahui, bagian lidah berbeda dapat mendeteksi setiap rasa. Seperti 4 rasa dasar: Rasa manis di ujung lidah, rasa asin dan asam di sisi kiri/kanan, dan pahit di pangkal lidah.
Menurut John McQuaid, penulis buku Tasty: The Art and Science of What We Eat, para ilmuwan mengembangkan cara untuk menguraikan anatomi lidah hingga tingkat molekuler, sehingga menemukan dengan tepat bagaimana indra itu bekerja, yang ternyata jauh lebih rumit daripada sebatas pemetaan manis/pahit/asin/asam.
Problemnya, tutur McQuaid, sampai baru-baru ini tidak pernah ada yang menyingkap bagaimana cara kerja selera rasa, karena dibutuhkan kecanggihan teknologi untuk mempelajari gen dan biologi molekuler.
"Inilah alasan kenapa semuanya berubah pesat dewasa ini. Kita makin banyak mengetahui hal menarik tentang rasa," ujarnya menjelaskan.
Apa yang kita sebut "selera rasa", terdeteksi melalui protein-protein kecil—reseptor rasa—yang tertanam dalam tunas-tunas pengecap di lidah, lalu sel-sel itu akan merespon terhadap setiap rasa dasar.
"Di samping itu, akhirnya ditemukan pula molekul yang dapat mendeteksi lemak dan mampu menghasilkan sebuah sensasi unik dan memuaskan di otak."
"Lidah sebagai indra perasa berevolusi untuk memberikan kepuasan dari makanan. Sebab dari semula eksistensi, manusia sudah mencari makan, kenyang, dan bertahan hidup."
"Saya katakan, rasa mewujudkan kebiadaban dasar menjadi binatang. Setiap saat makan hamburger atau minum segelas anggur—otak dan tubuh Anda bereaksi, dan impuls primitif ini akan mengambil alih. Kini memang masyarakat modern hidup dengan segala ketersediaan. Namun, sesungguhnya naluri pertama kita justru adalah untuk bertahan hidup dengan makan. Bahkan ketika bersantap di restoran, kita sebenarnya tak berbeda dengan bintang yang sedang melahap mangsa buruan."
Ia melanjutkan, dalam perkembangan evolusi manusia, rasa ikut mengembangkan otak menjadi lebih besar dan strategi meningkat. Misal, untuk cara mengumpulkan makanan serta bagaimana mengolahnya (memasak). "Saat itu dimulai, sekitar satu juta tahun lampau, terjadi revolusi keseluruhan dalam hal rasa."
Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan relasi antara perkembangan otak manusia dengan perubahan bentuk tubuh jadi lebih seperti manusia sekarang ini.
"Jadi, munculnya budaya dan peradaban manusia —sedikit banyak— turut dipengaruhi makanan, dan makanan berpusar di rasa."