Malam Pertama Grig

By , Kamis, 22 Januari 2015 | 21:20 WIB

Bagi manusia, inisiasi seksual bisa jadi urusan penting—sesuatu yang digilai, diromantisasi. Kehilangan keperawanan, konon mengubah seseorang selamanya. “Tunjukkan padaku,” kata si grig punuk-bersayap jantan. Betina pertama yang dikawininya tak hanya merenggut keperjakaannya, tetapi juga mengerumiti tubuhnya.

Grig itu serangga mirip jangkrik yang musim kawin tahunannya melibatkan apa yang Scott Sakaluk, ahli ekologi perilaku, sebut sebagai, “kanibalisme seksual tak biasa.” Untuk menarik perhatian betina, pejantan melakukan panggilan kawin. Ia menggosok kedua sayap depan, atau stridulasi. Kemudian, ia membiarkan betina mengunyah sayap belakangnya dan menyedot hemolymph-nya, atau darah serangga.“Satu malam dia masih perjaka. Tahu-tahu dia sudah dikerumiti,” ujar Sakaluk.

Mengapa sebagian pejantan berhasil melakukan perilaku kawin menakutkan ini (yang jarang mematikan) sementara yang lain tidak? Panggilan kawin itulah kuncinya. Geoff Ower, rekan sejawat Sakaluk, membandingkan panggilan tersebut, dan dia menemukan “perbedaan fundamental” antara suara yang diciptakan oleh grig yang berhasil kawin, dengan grig yang tidak.

Menjadi camilan seks dapat melemahkan kebutuhan belalang jantan untuk melakukan stridulasi, kata Sakaluk. Pada akhir musim kawin, “hanya sedikit panggilan yang tersisa. Mereka pejantan yang sangat beruntung—dan mereka habis dikerumiti.”

HABITAT: Hutan bagian barat laut Amerika Serikat, dan barat daya Kanada.

STATUS: Rentan

FAKTA-FAKTA LAIN: Grig memiliki ordo yang sama dengan dengan belalang dan katydid (belalang daun). Ada tiga spesies grig Amerika Utara.