Kicauan di akun media sosial Twitter mungkin bisa sekaligus dipakai menjelaskan emosi seseorang. Namun sebuah riset terbaru menemukan bahwa hal itu sekaligus bisa menunjukkan risiko penyakit jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Pennsylvania menganalisis sebanyak 826 juta twit yang diposting para pengguna Twitter di Amerika Serikat.
"Mereka yang berisiko tinggi berkaitan dengan emosi yang sangat negatif, kata-kata agresif, kata-kata kebencian, penuh drama, kebosanan," jelas Dr Kern.
"Sedangkan mereka yang berisiko rendah berkaitan dengan hal-hal positif seperti kata pujian, teman, minum, kebersamaan," tambahnya.
Namun Dr Kern menjelaskan penelitian ini tidak secara spesifik melihat orang-orang pengguna Twitter—melainkan secara keseluruhan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunitas di negara bagian antara lain Pennsylvania dan New York memiliki risiko lebih tinggi terserang penyakit jantung.
Dr Kern mengatakan pesan utama penelitian ini adalah informasi kesehatan masyarakat bisa diperoleh melalui konten yang tersaji dalam media sosial.
Saat ini ia melakukan penelitian serupa di University of Melbourne, semenjak pindah ke Australia beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, ia melihat pengguna Twitter di Australia berbeda dengan di AS, dan lebih sarkastis.
"Orang Australia menggunakan lebih banyak kata-kata seperti please dan thank you. Kata-kata yang mungkin berisiko di AS belum tentu berisiko di Australia karena digunakan dalam rasa bahasa yang berbeda pula," katanya.