Memendam Misteri Murkele

By , Jumat, 6 Februari 2015 | 17:36 WIB

Saya dan kedua teman asli Seram duduk dalam mobil Hilux merah yang di Ambon dijadikan angkutan kota. Ketika memalingkan wajah, saya mendapati seorang pemuda tengah berjalan menuju angkutan depan gerbang terminal. Saya tertarik melihat tas selempangnya yang bertuliskan “Murkele”.

Pikiran pun melayang, kembali ke pekan-pekan lalu, saat kami bertiga melakukan perjalanan membelah Nusa Ina atau Pulau Ibu dari Desa Mosso sampai Huaulu. Dua teman saya ini memakai atribut yang bertuliskan Murkele, di kaos lapangannya, dan satunya lagi di daypack yang ia pakai selama dua minggu perjalanan kami.

Gunung Murkele merupakan puncak tertinggu kedua setelah Binaiya dalam jajaran Pegunungan Manusela. Gunung ini merupakan jantung Nusa Ina, lantaran berada di tengah Pulau Seram.

Kata Murkele berasal dari bahasa asli Nunusaku, berarti “besar” atau “cahaya terbit”.

Pada hari kelima perjalanan, kami sampai di Desa Selumena, kaki Gunung Murkele. Kami membasuh diri dengan segarnya aliran sungai Way Isal dari mata air Gunung Murkele.

Di puncak gunung itu pusat kebudayaan Nunusaku yang tidak terjamah oleh para pecinta alam.

Orang tertentu saja yang pernah menjamah puncak setinggi 2.750 meter dari muka laut ini. Tentunya, bagi mereka yang mampu berkomitmen untuk tetap memendam misteri Murkele.