Jikumarasa memanjakan mata. Kampung yang berada di barat daya Namlea (ibu kota Kabupaten Buru) akan meninggalkan rasa ketagihan pejalan. Dari Namlea perjalanan begitu mengasyikkan.
Perpaduan antara perkampungan penduduk dan nyiur memberikan kesan mendalam. Biasanya jarak tempuh memakan waktu sekitar setengah jam dengan menggunakan mobil.
Begitu tiba, pantai berpasir putih khas negeri bahari menyambut saya. Pantainya melengkung sepanjang hampir tiga kilometer.
Saya berkeyakinan, boleh jadi pantai ini yang terindah di Pulau Buru, yang sempat populer sebagai lokasi pengasingan tahanan politik saat Orde Baru berkuasa.
Saat bosan bermain pasir dan membasuh tubuh dengan air laut, arahkan tujuan menuju Telaga Namniwei. Danau air tawar yang tak jauh dari pantai. Berpagar pohon kelapa dan kayu putih, Namniwei menjadi pilihan pelesir bagi warga. Mereka gemar melepas ke tempat ini kala musim liburan tiba.
Saya teringat kisah masa lalu. pada Mei-Juni 1861 Alfred Russel Wallace menampakkan jejaknya di Buru. Ketika itu ia mencatat, para naturalis hanya memiliki informasi yang sedikit.
Wallace berjumpa warga Buru, yang menemukan barang-barang baru – bawaan sanga penjelajah asal Inggris. Di sini, Wallace mengumpulkan 66 jenis satwa sebagai koleksi. Di antaranya, 17 jenis termasuk satwa baru atau tidak ditemukan di wilayah lain di Maluku.