Yayasan Keanekaragaman Hayati kembali menggelar KEHATI Award dengan tema Keanekaragaman Hayati untuk Kesejahteraan Bangsa di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta, 28 Januari 2015.
Penghargaan KEHATI Award diberikan secara berkala dan tahun ini merupakan pelaksanaan KEHATI Award ke VIII dan mencatat 29 penerima KEHATI Award secara individu, maupun kelompok dari berbagai penjuru Indonesia.
KEHATI AWARD VIII diberikan kepada enam pahlawan lingkungan dengan masing-masing kategori seperti Prakarsa Lestari Kehati, Pendorong Lestari Kehati, Peduli Lestari Kehati, Cipta Lestari Kehati, Citra Lestari Kehati, dan Tunas Lestari Kehati.
“Tidak ada keanekaragaman hayati, tidak ada kehidupan,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, MS Sembiring. “Para penerima penghargaan KEHATI Award berasal dari berbagai wilayah di Indonesia,” tambahnya.
Lihat: Mendorong Pemanfaatan, Pelestarian Keanekaragaman Hayati
"Hormat saya pada mereka," tegas Emil Salim, tokoh lingkungan Indonesia yang juga menjadi pembina Yayasan KEHATI. Menurutnya apa yang telah dilakukan oleh para peraih KEHATI Award patut dihargai setinggi-tingginya, “kecil yang mereka lakukan tapi mereka dijalan yang benar, mereka dijalan yang lurus berbuat baik untuk keanekaragaman hayati.”
Sebanyak 88 aplikasi yang terdaftar membuat para juri kebingungan memlih terbaik dari yang terbaik. Akhirnya juri dapat memilih pemenang melalui kriteria-kriteria ketat yang telah ditentukan sebelumnya.
Para pemenang tersebut adalah, Aziil Anwar dari Majene, Sulawesi Barat pada kategori Prakarsa Lestari Kehati karena upayanya menumbuhkan mangrove di karang-karang mati, kemudian Ir. Januminro dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada kategori Pendorong Lestari Kehati karena usahanya mengelola hutan gambut hak milik. Dari kategori Peduli Lestari Kehati, pemenangnya adalah CV Arum Ayu dari Tangerang Selatan, Banten karena upayanya mengolah sumber pangan lokal dan mengajarkannya pada banyak orang.
Lalu, pada kategori Cipta Lestari Kehati, pemenangnya adalah Prof. Achmad Subagio dari Jember, Jawa Timur, seorang peneliti yang mendorong pangan lokal di lahan-lahan marjinal. Kemudian Agustinus Sasundu dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, pemenang di kategori Citra Lestari Kehati karena upayanya mempopulerkan musik bambu. Kemudian, di kalangan generasi muda, terdapat KeSEMaT (Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur) dari Universitas Diponegoro, Semarang yang menjadi pemenang kategori Tunas Lestari Kehati karena upayanya menjadikan mangrove sebagai gaya hidup.
Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan KEHATI, Ismid Hadad, mengatakan bahwa para pemenang merupakan champion karena berani melawan arus untuk mau menyelamtkan lingkungan. "Tanpa instruksi atau uluran tangan pemerintah," ujarnya. Pemberian KEHATI Award ini adalah cara Yayasan KEHATI untuk mengembangkan upaya-upaya pelestarian keanekaragaman hayati.