2080, Mamalia Terancam Punah di Kalimantan Meningkat Dua Kali Lipat

By , Kamis, 29 Januari 2015 | 14:31 WIB

Tahun 2080, diperkirakan jumlah mamalia terancam punah yang ada di Kalimantan akan meningkat dua kali lipat akibat perubahan iklim, perburuan, dan hilangnya habitat. Kondisi ini tergambar dalam Jurnal Current Biology seperti yang dilansir oleh Nature World News.

Menurut para peneliti, jika kita mengambil tindakan sekarang dan fokus pada upaya konservasi melindungi habitat hutan hujan yang vital, maka beberapa spesies akan memiliki kekuatan untuk bertahan. Jika tidak, maka setengahnya (30-49 persen) dari mamalia yang ada di Kalimantan akan kehilangan sepertiga habitat hidupnya.

Salah satu spesies yang berisiko terancam punah adalah orangutan kalimantan. Menurut data WWF, sekitar satu abad lalu, terdapat  lebih dari 230.000 orangutan di seluruh dunia. Namun sekarang,  jumlah orangutan borneo (Pongo pygmaeus) diperkirakan tidak lebih dari 41.000 individu sementara orangutan sumatera (Pongo abelii) jumlahnya sekitar 7.500 individu.

Penurunan drastis ini akibat hutan tropis dihancurkan untuk pembukaan perkebunan kelapa sawit dan pengembangan pertanian. Jika kondisi ini terus berlanjut, populasi orangutan dipastikan akan terus menurun.

Prediksi kondisi habitat mamalia di Kalimantan yang akan terjadi tahun 2080 nanti. (Sumber: Current Biology)

Kalimantan sendiri merupakan  pulau terbesar ketiga di dunia yang luasnya meliputi satu persen dari daratan bumi serta menyimpan enam persen keanekaragaman hayati dunia. Namun, pulau ini telah kehilangan lebih dari setengah dari tutupan hutannya. Dalam 30 tahun terakhir, sepertiganya telah menghilang.

Berdasarkan laporan tersebut, jika laju deforestasi terus terjadi, dari permodelan dan pantauan citra satelit menunjukkan, setidaknya 15 karnivora, 8 primata dan 21 spesies kelelawar akan terancam punah tahun 2080.

Kalong (Pteropus vampyrus natunae) dan musang air (Cynogale bennettii) adalah contoh mamalia yang akan menghadapi kesulitan menghadapi perubahan iklim di habitat hutan dataran rendah.

Tim peneliti dari Durrell Institute of Conservation and Ecology mengatakan bahwa tata kelola hutan yang baik sangat penting dalam menjaga dan melestarikan mamalia-mamalia yang masih tersisa di Kalimantan. Terutama, untuk kawasan lindung, karena sekitar 50 persen orangutan hidup di luar kawasan lindung.

Kalimantan telah kehilangan lebih dari setengah dari tutupan hutannya.

“Hanya diperlukan luas hutan yang tidak terlalu besar untuk menjaga mamalia terhadap ancaman kepunahan akibat deforestasi dan perubahan iklim. Sekitar 28.000 kilometer persegi atau 4 persen dari luas Kalimantan,” kata ketua tim peneliti Dr. Matthew Struebig.

“Bukan berarti spesies-spesies mamalia di Kalimantan akan habis dengan sendirinya, tetapi lebih disebabkan karena luas minimal kawasan konservasi yang tidak akan tersedia,” tambahnya.

Meskipun saat ini prospek pelestarian mamalia di Kalimantan tampak suram, tapi bukan berarti harapan telah hilang. Tindakan konservasi yang cepat dapat menjaga mamalia-mamalia di Kalimantan dan juga keragaman hayati yang ada di pulau tersebut dari ancaman kepunahan.