Komunikasi antara kopilot Malaysia Airlines MH370 dan beberapa pengendali lalu lintas udara selama 54 menit terakhir sebelum pesawat itu hilang dari radar diungkap, Jumat (30/1) ini.
Komunikasi itu mencakup sejak pesawat Boeing 777 itu melakukan taxi di bandara internasional Kuala Lumpur hingga posisi terakhirnya di atas Laut China Selatan.
Transkrip komunikasi itu termasuk satu posisi di mana para analis yakin pesawat itu telah disabotase, termasuk kalimat terakhir kopilot Fariq Abdul Hamid (27): "Baiklah, selamat malam." (Baca di: "Alright, Good Night", Bunyi Transmisi Terakhir Malaysia Airlines MH370)Sejumlah analis mengatakan, pembicaraan antara kopilot dan menara pengawas lalu lintas udara merupakan percakapan yang "sangat rutin". Namun, terdapat dua bagian yang mengandung kejanggalan.
Pertama, adalah sebuah pesan dari kokpit pada pukul 01.07 dini hari, yang mengatakan pesawat itu tengah terbang di ketinggian 35.000 kaki atau kurang lebih 10.000 meter di atas permukaan laut.
Pesan ini nampaknya pesan biasa karena sudah disampaikan pada enam menit sebelumnya. Namun, pesan itu muncul di saat-saat krusial, yaitu pada 01.07 dini hari saat sistem ACARS pesawat itu mengirim pesan terakhirnya sebelum nampaknya sengaja dimatikan sekitar 30 menit kemudian.
ACARS adalah sistem jaringan data digital untuk mengirimkan pesan-pesan pendek antara sebuah pesawat terbang dan menara pengawas di darat melalui gelombang radio atau satelit.
Jaringan ACARS dioperasikan dengan jaringan telex titik ke titik, sehingga semua pesan yang dikirim bisa digunakan untuk mengetahui posisi terakhir pesawat terbang.
KejanggalanKembali ke komunikasi terakhir MH370, setelah sistem ACARS pesawat itu mati, sebuah transponder terpisah juga dimatikan pada pukul 01.21. Namun para penyidik yakin sistem ACARS sudah terlebih dahulu dimatikan sebelum kalimat terakhir kopilot Hamid pada pukul 01.19 dini hari.
Kejanggalan lain adalah hilangnya pesawat tersebut apakah akibat kecelakan atau terputusnya komunikasi menyusul putaran tajam pesawat ketika kendali diserahkan dari Kuala Lumpur ke menara pengawas di Ho Chi Minh City.
"Jika saya ingin membajak pesawat, maka itu adalah titik di mana saya akan melakukannya," kata Stephen Buzdygan, mantan pilot British Airways yang pernah menerbangkan Boeing 777.
"Saat itu kemungkinan ada sedikit kekosongan antara dua menara pengawas. Itu adalah satu-satunya waktu selama penerbangan mereka tak terlihat dari daratan," tambah Stephen.
Meski jejak pesawat itu belum ditemukan, pada Kamis (29/1/2015), pemerintah Malaysia memutuskan hilangnya MH370 adalah akibat kecelakaan dan semua penumpang diperkirakan telah meninggal dunia.
Para penyidik penerbangan internasional masih mencari mengapa pesawat tersebut memutar arahnya ribuan kilometer jauhnya dari rute yang sudah ditentukan sebelum diyakini jatuh di satu tempat di Samudera Hindia.
Harian The Telegraph, yang memublikasikan transkrip percakapan terakhir MH370 dan menara pengawas, telah mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada Departemen Penerbangan Sipil Malaysia dan kantor PM Najib Razak.
Hanya kantor perdana menteri yang memberikan respon dengan mengatakan pihak pemerintah Malaysia tidak akan merilis data terkait transkrip percakapan tersebut.