Roket tak berawak bernama Delta 2 diluncurkan ke luar angkasa di California Sabtu (31/1), membawa satelit NASA. Satelit itu akan digunakan untuk menukur kelembaban lapisan tanah bumi. Kemudian data yang diperoleh dapat dianalisis untuk mengetahui perubahan iklim.
Menurut para ilmuwan, kelembaban tanah merupakan salah satu unsur yang paling berpengaruh pada sistem lingkungan. Semakin akurat data yang diperoleh, maka akan semakin tepat analisis.
“Bagai sistem metabolisme,” ujar Dara Entekhabi, ketua ilmuwan NASA dalam misi Soil Moiture Active Passive (SMAP).
Dengan tinggi mencapai 39 meter, roket ini dibangun dan diterbangkan oleh United Launch Alliance (ULA) dari Vandenberg Air Force Base, California.
ULA bekerja sama dengan Lockhead Martin Corp dan Boeing Co. dalam peluncuran Delta 2. Peluncuran roket kempat tertunda dua hari karena kencangnya angin.
Delta 2 mengangkut perlengkapan NASA seberat 950 kilogram. SMAP membutuhkan waktu tiga tahun untuk mengukur kelembaban tanah bumi sedalam dua inci.
“Data ini akan berguna bukan hanya untuk peneliti yang meneliti perubahan iklim. Tetapi juga berguna untuk bidang prakiraan cuaca, agrikultur, dan sumber daya air, bahkan pembuat keputusan,” ujar wakil administrator asosiasi NASA Geoffrey Yoder, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (31/1).