Jangan Abaikan Nyeri Punggung

By , Senin, 2 Februari 2015 | 12:32 WIB

Nyeri punggung yang berlanjut pada saraf terjepit harus segera diatasi agar tak kian parah, termasuk mencegah kelumpuhan. Masalah kesehatan itu bisa diatasi secara minimal invasif dengan prosedur laser endoskopi sehingga pemulihan bisa lebih cepat dan estetika kulit terjaga.

Menurut dokter konsultan nyeri pada Singapore Paincare Center, Bernard Lee, saat temu media "Penanganan Nyeri dan Endokrinologi", Jumat (30/1), di Jakarta, 60 persen nyeri punggung akibat pergeseran cakram jaringan tulang rawan sebagai bantalan di antara ruas tulang belakang.

”Jika keparahan pergeseran cakram 50 persen, bisa ditolong tanpa bedah, yakni dengan laser endoskopi,” ujarnya.

Tingkat keberhasilan prosedur tersebut amat tinggi jika keparahan belum melewati 50 persen. Dari semua pasien yang ditangani Bernard, lebih dari 70 persen di antaranya bebas nyeri punggung. Namun, prosedur itu tak menjamin pasien tidak akan kena masalah nyeri punggung lagi di masa depan, mengingat itu tergantung dari kondisi pasien.

”Bisa saja ada cakram lain yang bergeser pada masa mendatang,” kata Bernard. Meski demikian, cara itu dinilai paling efektif untuk membenahi pergeseran cakram tulang belakang.

Metode tersebut diklaim amat akurat sehingga bisa mengurangi risiko kegagalan terapi. Tindakan medis itu menggunakan laser yag-holmium, yang tingkat pemanasannya rendah, hanya 10 derajat celsius, saat beroperasi selama 1 menit. Area di sekitar laser yang panas hanya dalam radius 1 sentimeter.

Sayatan pada kulit di area tulang ekor untuk memasukkan alat endoskopi amat minimal, yakni sekitar 2,5 milimeter karena diameter alat hanya 1,9 milimeter. Hal itu membuat pemulihan amat cepat. ”Jika pagi ini menjalani prosedur, besok pasien bisa bepergian,” katanya.

Namun, Bernard melanjutkan, biaya menjalani prosedur laser endoskopi masih amat mahal akibat tingginya biaya pembelian dan pengoperasian peralatan. Di Singapura, misalnya, biaya prosedur itu 12.000-15.000 dollar Singapura (Rp 121,4 juta–Rp 151,8 juta). Sekitar 70 persen dari total biaya untuk penggunaan alat, sedangkan ongkos jasa dokter kurang dari 30 persen.

Secara terpisah, dokter spesialis anestesi konsultan manajemen nyeri pada Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Dwi Pantja Wibowo, mengatakan, biaya alat yang tinggi menjadi alasan utama teknologi laser endoskopi belum diterapkan di Indonesia. ”Apalagi, scope (alat untuk tempat masuk kamera dan laser ke dalam tulang belakang) hanya sekali pakai, sedangkan harganya mencapai sekitar Rp 6 juta,” ujarnya.

Dari sisi sumber daya manusia, lanjut Pantja, Indonesia memiliki dokter yang mampu menjalankan prosedur tersebut. Oleh karena itu, ke depan biaya alat kesehatan tersebut diharapkan makin murah sehingga prosedur itu bisa diterapkan di Indonesia.

Sejauh ini, prosedur minimal invasif untuk penanganan pergeseran cakram tulang belakang sudah diterapkan di Indonesia. Menurut Pantja, metode paling canggih di RS tempatnya bekerja saat ini adalah prosedur micro endoscopic discectomy atau disektomi endoskopi mikro (DEM). Dalam prosedur itu, sayatan yang dibuat untuk memasukkan alat agak lebih lebar, yakni 2 sentimeter. Prosesnya menggunakan kamera dengan alat bedah berukuran kecil, bukan laser.