Gawai tercanggih atau tempat nongkrong terbaru selalu menarik perhatian anak-anak muda. Tapi bukan berarti masalah lingkungan tidak dilirik oleh mereka. Lebih dari itu kepedulian mereka juga besar.
Terbukti dari ajang Toyota Eco Youth (TEY) ke-9, sebanyak 1.739 proposal lingkungan dari siswa-siswi SMA/SMK seantero Indonesia terkumpul. Antusias mereka sampai-sampai membuat salah satu juri, Prof Dr. Arif Rahman, M.Pd, menangis.
"Semua saya baca, saya nangis, terharu, karena anak-anak ini luar biasa. Itu menandakan kesadaran mereka tentang lingkungan sudah ada, mereka care. Karena isu lingkungan ini tidak boleh ada pembiaran. Nah, mereka (anak-anak muda) sudah sadar betul," ujar Arief, saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (5/2).
Peserta yang tersebar dari mulai di Medan sampai Merauke ini datang dengan ide proposal yang beragam dan menarik. Hal itu sempat membuat juri kebingungan memilih 20 proposal terunggul yang akan keluar sebagai finalis.
"Dibanding tahun lalu, tahun ini banyak yang menarik ide-idenya, jadi bikin bingung juga memilihnya," ujar Jatna Supriatna PhD, salah seorang dewan pakar National Geographic Indonesia yang juga dikenal sebagai ahli konservasi Indonesia.
Bahkan, Rene Suhardono, penulis dan penggerak insiatif sosial, menaksir, tak hanya sebatas kompetisi, lewat ajang TEY kesembilan ini akan lahir gerakan sosial dari anak-anak muda.
"Saya melihat banyak embrionya. Banyak yang punya potensi untuk menjadi movement karena sifatnya yang asyik dan addressing some problem issue, social issue, sampah atau polusi," ucap Rene.
Tinggal bagaimana anak-anak muda ini bisa menjadikan gerakan sosial yang ia buat menarik. Menurut Rene, sesuatu bisa menjadi sebuah gerakan kalau sudah berhasil menarik perhatian banyak orang.
"Movement itu diawali oleh satu orang gila yang mencontohkan harus berbuat apa. Makanya movement harus visible, mudah diaplikasiin dan harus fun," sarannya.