Pemerintah Siap Bangun 100 <i>Science Techno Park</i>

By , Minggu, 8 Februari 2015 | 11:50 WIB

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, pemerintah Indonesia melalui kementerian yang dipimpinnya akan membangun 100 science techno-park (STP) di 100 desa yang terpilih dari sekitar 500 desa di seluruh Indonesia dalam jangka 5 tahun kedepan.

Soesilo dalam kunjungannya ke pantai Pandansimo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (6/2) mengatakan kawasan pantai laut selatan tersebut akan menjadi salah satu dari 100 STP yang akan direncanakan dibangun pemerintah.  

Wilayah itu juga akan dikembangkan menjadi salah satu dari 1000 desa pesisir inovasi nelayan di seluruh Indonesia. Kawasan desa pesisir inovasi nelayan akan segera dikembangkan di kawasan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Pantai Pandansimo sendiri sejak  tahun 2006 telah dilengkapi Pembangkit Listrik Tenaga Hybryd (PLTH) yang memanfaatkan tenaga surya dan angin untuk penerangan, penyediaan air bagi tambak ikan dan udang serta pabrik es batu untuk kebutuhan nelayan setempat. PLTH tersebut dirintis melalui kerja sama Peneliti Ristek, UGM, LIPI dan BPPT. Saat ini sudah terpasang 31 unit turbin angin dengan tinggi rata-rata 18 meter.

Ketika meninjau pemanfaatan PLTH di pantai Pandansimo,  Menko Indroyono Soesilo mengatakan, Science Techno Park nantinya merupakan wilayah yang didukung dengan pengembangan inovasi sains dan teknologi akan mendorong berlangsungnya banyak kegiatan masyarakat secara berkelanjutan yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan mereka.

!break!

“Kalau sudah seperti ini ada air naik, ada budidaya. Air itu berputar nanti ada es, es itu bisa untuk storage bisa untuk kuliner. Nah, kalau itu berkembang terus artinya Science and Techno Park itu berkembang. Tapi kalau kita bikin lalu mati, berarti itu salah. Kemenangan (kabupaten) Bantul, dia telah coba ini dan sukses. Kan, tinggal dibesarin saja toh itu. Tinggal ditambah saja, terus entrepreneur masuk. Misalnya; industri pengolahan ikan air tawar, industri penyamakan kulit ikan nila untuk ekspor,” kata Menko Indroyono.

Untuk sementara ini pemerintah sudah mengidentifikasi sekitar 10 science techno park dengan fokus pengembangan yang berbeda-beda. Deputi Menristek Bidang Relevansi dan Produktifitas Iptek Agus Puji Prasetyono mengatakan, biaya pembangunan masing-masing besarnya sekitar 10 miliar rupiah.

“Sekarang baru dirancang, memang ada anggaran pengawalan, bertahap pertahun, kira-kira 1 STP itu sekitar 10 miliar rupiah, itu selama 5 tahun. Mungkin tahun pertama kita bangun infrastrukturnya, tahun kedua kita bangun system yang terus bergulir itu sehingga nanti di tahun ke-4 atau ke-5 kita sudha bisa melepas dia sebagai satu kawasan industry baru,” kata Agus.

Bupati Bantul Sri Surya Widati mengatakan, keberadaan PLTH di kawasan pantai Pandansimo menyusul adanya  masalah kelangkaan energi yang hihadapi warga setempat untuk keperluan penerangan, pengairan pertanian lahar pasir, perikanan dan pengolahan hasil tangkapan para nelayan.

“Untuk mengatasi permasalahan ini, kementerian Ristek, LAPAN, Kementerian ESDM, LIPI dan UGM telah tergerak untuk membantu pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dan konversi energi untuk mendukung pemenuhan listrik masyarakat pantai Pandansimo sehingga masyarakat siap untuk menjadi pilot project pengembangan dan pemanfaatan energi listrik  hybrid serta konversi energi terpadu,” paparnya.

Sementara itu, perusahaan pengembang energi Amerika Serikat UPC Renewables mulai tahun depan akan membangun turbin angin di sepanjang pantai selatan termasuk kawasan Pandansimo dengan kapasitas 50 Megawatt, bekerjasama dengan PLN dan diharapkan mampu memasok listrik untuk sekitar 90-ribu rumah. Hal itu dikemukakan oleh Chris Caffyn dari UPC Renewables.

 “Untuk proyek di Bantul terdiri pembangkit listrik tenaga angin sebesar 50 Megawatt, dan saya rasa kami siap mulai membangun tahun depan. Pembangunan turbin angin sendiri relatif cepat antara 8 hingga 10 bulan, lalu kita akan melakukan kontrak dengan PLN untuk jangka waktu 30 tahun”, kata Chris Caffyn.