Sebanyak 15 balita di Banyuwangi diketahui tertular virus HIV/AIDS dari ibu kandungnya sejak kasus HIV/AIDS ditemukan di Banyuwangi pada tahun 1999. Jumlah ini dihimpun dari klinik VCT yang berada di dua rumah sakit umum daerah dan sejumlah puskesmas yang ada di Banyuwangi.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Banyuwangi, Waluyo, Senin (9/2/). Waluyo mengatakan jumlah ini kemungkinan hanya fenomena gunung es kasus penularan HIV/AIDS dari ibu kepada bayinya di Banyuwangi. Menurut dia, sang ibu positif mengidap virus tersebut dan kemudian melahirkan bayinya secara normal serta menyusui. "Saat ini kami melakukan scanning pada ibu rumah tangga yang hamil sehingga virus HIV dapat diketahui sejak dini dan dapat ditangani secepatnya," ujarnya. Menurutn dia, angka ibu rumah tangga yang menderita HIV/AIDS di Banyuwangi cukup tinggi karena tertular dari pasangannya atau dari jarum tato yang tidak steril. Jika diketahui sejak dini bahwa seorang ibu hamil menderita HIV AIDS, maka kondisinya bisa terus dipantau, terutama saat melahirkan. "Biasanya melahirkan dilakukan dengan operasi caesar, tidak dengan melahirkan normal. Selain itu, bayi juga tidak boleh disusui karena air susu bisa menjadi media untuk menularkan virus dari ibu ke bayi," tambahnya,Balita yang terjangkit HIV/AIDS, lanjutnya, harus meminum obat ARV sepanjang hidupnya untuk menurunkan kekuatan virus. "Dosisnya tentu berbeda dengan mereka yang dewasa. Tapi tetap harus diminum seumur hidup mereka," tuturnya.
Waluyo juga menjelaskan bahwa jumlah penderita HIV AIDS di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 2.142 orang dan terbanyak penderita berusia produktif. "Ada yang masih berusia 15 tahun sudah terinfeksi penyakit HIV AIDS dan penularan terbesar melalui hubungan seksual. Angkanya mendekati 80 persen," pungkasnya.