Di usia balita, biasanya anak sudah mulai memilih dan menentukan sendiri makanan yang ingin dikonsumsi. Di rentang usia ini, anak juga kerap menolak makanan yang tidak disukainya dan hanya mau mengonsumsi makanan tertentu. Padahal, anak butuh beraneka ragam makanan untuk pertumbuhannya.
Agar kebutuhan nutrisi anak tetap terpenuhi, orangtua pun kerap hanya memberikan susu yang sudah mengandung berbagai zat yang dibutuhkan anak.
Dokter spesialis anak Endang D Lestari mengatakan, susu seharusnya hanya menjadi pelengkap, bukan pengganti makanan anak.
"Susu bukan pengganti. Anak tetap harus mendapat makanan padat supaya fungsi usus bisa berjalan normal," ujar Endang dalam diskusi yang digelar Wyeth Nutrition di Jakarta, Kamis (12/2).
Endang mengatakan, tumbuh kembang anak akan optimal jika mendapat nutrisi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Nutrisi itu bisa didapat anak sejak lahir mulai dari air susu ibu (ASI). Kemudian, setelah 6 bulan bisa diberi makanan padat.
Untuk mendapat gizi yang seimbang, anak-anak diberi makan 3 kali dalam sehari dan dua makanan selingan. Waktu makan pun jangan lebih dari 30 menit. Anak akan cepat kenyang dan akhirnya tidak mau menerima makanan lagi.
"Kalau lebih dari 30 menit, gula masuk yang masuk ke tubuh sudah ngeblok. Jadi anak enggak mau makan lagi. Kalau susah makan, anak enggak bisa mendapat makanan gizi seimbang," terang Endang yang juga Ketua UKK Gizi dan Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Menurut Endang, kecukupan gizi penting didapatkan anak sejak lahir untuk perkembangan otaknya. Perkembangan otak yang baik pun dapat membuat masa depan anak lebih baik.