Sekitar delapan juta metrik ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahunnya. Jika negara tidak mengambil langkah tegas, maka jumlah itu akan terus meningkat selama beberapa tahun mendatang.
Sebuah penelitian dilaporkan dalam jurnal Science untuk mengungkap seberapa banyak jumlah sampah yang akhirnya berakhir di lautan.
Asisten professor teknik lingkungan dari University of Georgia sekaligus kepala penelitian Jenna Jambeck mengungkap sejak 2010 jumlah sampah plastik yang yang dibuang ke laut berjumlah antara 4,8 juta ton metrik hingga 12,7 juta ton metrik sampah.
Sementara peneliti dari Amerika Serikat dan Australia berpendapat negara yang memiliki pantai dan seberapa banyak negara tersebut membuang sampah ke laut lepas. Mereka menggunakan proyeksi jumlah sampah berdasarkan perkiraan pertumbuhan penduduk.
“Ini merupakan studi yang signifikan,” ujar Nancy Wallace, direktur program sampah laut dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Ia menganggap penggunaan data yang tersedia dapat memperkirakan jumlah sampah plastik yang memasuki laut.
“Kami mengetahui bahwa angka ini tidaklah mutlak. Akan tetapi memberikan gambaran seberapa besar sampah plastik yang terbuang ke laut sehingga kami dapat berfokus pada penangannanya,” ujar Wallace dikutip dari New York Times, Kamis (12/2).
Berdasarkan data yang diperoleh, Tiongkok menduduki peringkat nomor satu dalam pembuangan sampah ke laut. Masyarakat Tiongkok setidaknya menghasilkan 8,82 metrik ton sampah dan sekitar 1,32 juta metik hingga 3,5 juta metrik ton di antaranya menjadi sampah laut.
Sedangkan Indonesia dengan jumlah penduduk terpadat keempat dunia serta memiliki garis pantai panjang pada 2010 menghasilkan 3,22 juta metrik ton sampah plastik. Ini setara dengan 10 persen total sampah di dunia. Dari hasil tersebut, sekitar 1,29 juta metrik ton sampah berakhir menjadi sampah laut.
Sampah plastik telah terlihat di lautan sejak 1970 silam. Sejak saat itu pula, sampah laut semakin banyak mengambang karena terpengaruhi arus laut.