Tim penyelamat serta relawan berjuang sejak Jumat (13/2) untuk mengembalikan 200 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal Pulau Selatan, Selandia Baru. Menurut laporan, setidaknya dua lusin paus tewas dan lebih dari 80 orang terlibat dalam proses evakuasi.
Perairan dangkal Pulau Selatan, Selandia Baru merupakan salah satu kawasan berbahaya bagi paus. Hal ini disebabkan karena perairannya dan membingungkan navigasi paus. Beberapa kali paus terdampar di kawasan tersebut sepanjang musim panas.
Ahli biologi mamalia laut, Trevor Spradlin dan US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengungkap, paus pilot sangat berisiko terdampar karena mereka adalah hewan yang bersosial tinggi dan hidup dalam kelompok besar.
“Kebutuhan akan hidup bersosial paus pilot sangatlah kuat, sehingga hewan ini tinggal bersama,” papar Spradlin dikutip dari National Geographic, Jumat (13/2).
Ia menambahkan, “Sisa anggota kelompok terjebak dalam air pasang dan mereka tersesar. Hal ini karena mereka berfokus pada individu paus yang tengah sakit.”
Tidak banyak waktu
Seperti lumba-lumba, paus pilot hidup menyebar di seluruh perairan di dunia. Paus pilot memiliki fisik berwarna abu-abu gelap, coklat atau hitam dengan panjang hingga 6,5 meter dengan berat mencapai 3.200 kilogram.
Kasus terdamparnya sekelompok paus pilot di Selandia Baru ini memerlukan teknik tertentu untuk penyelamatan. Seperti alat berat, sling, dan crane.
“Waktu penyelamatan menjadi begitu penting,” tegas Spradlin, “Paus pilot memang hidup dalam air, namun ketika mereka terdampar di pantai organ dalam mereka tidak dapat digunakan maksimal.”
Upaya untuk menyelamatkan kumpulan paus pilot ini, tim relawan menjaga agar tubuh para paus pilot tetap pada keadaan basah.