Sabana di kawasan Dorocanga menjadi pesona dalam perjalanan menuju Desa Pancasila, salah satu pintu masuk Gunung Tambora.
Hamparan rumput hijau yang luas membentang hingga cakrawala. Gerombolan sapi, kuda, kerbau terlihat bermain bebas, layaknya pemandangan di Afrika. Dorocanga, bukit raksasa dengan pepohonan jarang, yang jika dilihat dari jauh menyerupai totol-totol tiga dimensi menjadi daya tarik yang unik.
Namun, menjelang Doropeti, pemandangan berubah menjadi tidak menyenangkan. Pasalnya, sabana nan luas menghijau berganti dengan kebun-kebun tebu yang baru dirintis, meski sebagian besar hanya di sisi kanan jalan. Sebagian besar sisanya masih berupa lahan yang baru dibuka. Menurut Pak Man, pemandu kami, luas kebun tebu yang akan dibuka mencakup 50.000 hektare.
Saya membayangkan, jika nanti perkebunan tebu itu sudah sepenuhnya beroperasi, bagaimana dampak lingkungannya? Akan ada pabrik pengolahan atau truk-truk angkut yang bolak-balik perkebunan.
Saiful Bahri, penggiat lingkungan dan staf Dinas Pariwisata Kab. Dompu mengaku belum tahu betul soal kajian lingkungan pembukaan lahan perkebunan tersebut, dan akan segera mencari tahu.
Semoga berkurangnya kenikmatan memandangi panorama tidak semakin diperparah oleh dampak lingkungan kebun tersebut.
Ikuti perjalanan tim Ekspedisi 200 Tahun Gelegar Tambora lewat media sosial (Twitter, Facebook, Instagram) dengan tagar #Tambora200