Berkunjung ke Pusara Tokoh Belanda di Museum Taman Prasasti

By , Sabtu, 21 Februari 2015 | 08:45 WIB

Semerbak wangi kamboja menyeruak ketika memasuki Museum Taman Prasasti. Pohon yang rindang dan teduh mengelilingi museum yang berdiri di Jalan Tanah Abang I Jakarta Pusat ini. Nuansa dark begitu kental.  Di museum seluas 1,2 hektare ini tersimpan cerita kematian tokoh-tokoh Belanda yang pernah tinggal di Batavia. "Memang museum ini dikhususkan untuk menyimpan berbagai macam batu nisan yang memiliki nilai sejarah tinggi," kata pemandu Museum Taman Prasasti Eko Wahyudi Rabu (18/2). Sebelum diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin, museum ini awalnya hanya pemakaman biasa bernama Kebon Jahe Kober. Barulah setelah diresmikan pada 1997 menjadi Museum Taman Prasasti. "Kuburan Kebon Jahe Kober sendiri sudah ada sejak zaman Belanda yaitu tahun 1795. Pada saat itu terjadi wabah di Batavia sehingga mengharuskan pemerintah Belanda membuka pekuburan baru. Karena letaknya yang strategis di Kali Krukut, maka dibukalah kuburan baru di sini," kata Eko. Menurut Eko, ada satu makam yang dianggap misterius yaitu makam kapitan jas. "Tidak diketahui benar siapa yang dimakamkan di situ, tetapi ada satu kepercayaan bahwa peziarah yang mengunjungi makam ini akan diberikan kesuburan, keselamatan dan kemakmuran," ucap dia. 

!break!

Dari sekian banyak batu nisan yang ada di museum ini, terdapat batu nisan pendiri sekolah kedokteran Stovia H.F Roll. "Di sini juga ada batu nisan Olivia Mariane yaitu istri Thomas Stamford Rafles, Gubernur Belanda yang berkuasa di Indonesia dan perintis pendiri Kebun Raya Bogor," ujar Eko. Selain itu, disini terdapat nisan aktivis angkatan '66, Soe Hok Gie. Bisa juga dijumpai patung-patung yang bernilai seni tinggi. Salah satu patung yang menarik adalah patung wanita menangis. "Kita juga masih menyimpan kereta pengangkut jenazah pada zaman Belanda," ujar eko. Kereta itu tersimpan tepat di arah pintu masuk menuju museum. 

Di balik sejarah dan karya seni tinggi, museum ini terlihat tidak terurus. Rumput yang tinggi serta sampah berserakan menjadi pemandangan yang mengganggu. "Saat ini memang petugas di sini sedikit dan kita juga sedang proses pemisahan diri dari Museum Nasional, jadi ya seperti ini," ujar eko. Saat ditanya tidak adanya tempat sampah, Eko mengatakan ke depannya akan dipikirkan. Eko mengatakan saat ini pengunjung memang berkurang karena faktor cuaca. "Di sini kan outdoor, jadi sehari cuma 20 pengunjung saja sudah bersyukur kalau di musim hujan begini," kata dia. Jika cuaca bagus, kata Eko, bisa sampai 50 pengunjung yang datang. Meski pengunjungnya berkurang, tetapi daftar yang minta izin untuk menggunakan museum ini masih banyak. "Ini juga sudah ada FTV yang daftar untuk shooting di sini dan juga ada beberapa yang daftar untuk pembuatan video klip," ujarnya. Eko mengungkapkan saat ini pihak museum sedang mengupayakan pengajuan anggaran untuk memperbaharui tempat bersejarah ini. Dia berharap pengunjung lebih nyaman, dan museum ini menjadi salah satu destinasi wisatawan Jakarta.