Tahun 2014 dinyatakan sebagai tahun yang terpanas yang pernah tercatat di Indonesia. "Kondisi ini sesuai analisis global yang menyatakan 2014 sebagai tahun terpanas di dunia," ujar Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Dodo Gunawan, dikutip dari Harian Kompas.
Sedangkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), suhu rata-rata global di daratan pada tahun 2014 mencapai 0,57 derajat celcius di atas suhu rata-rata jangka panjang, yaitu 14 derajat celcius. Suhu rata-rata jangka panjang menggunakan acuan suhu antara periode 1961 hingga 1990.
Suhu rata-rata Indonesia tahun 2014 ialah 27,25 derajat celcius dan meningkat dari tahun 2013 yakni 26,57 derajat celcius. Dodo memaparkan, wilayah yang mengalami anomali--perbedaan suhu tahun tertentu--ialah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Meski selisih suhu tahun 2013 dengan 2014 tampak kecil, dampaknya sangat besar pada proses di atmosfer. "Contohnya, anomali suhu permukaan laut yang hanya 0,5 derajat celcius bisa memicu El Nino (fenomena peningkatan suhu muka laut yang bisa memberi dampak kekeringan," tutur Dodo.
Walaupun terus mengalami kenaikan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Widada Sulistya mengungkap, terlalu dini mengatakan suhu rata-rata Indonesia telah berubah menjadi lebih tinggi dengan melihat kenaikan suhu pada 2014. Kondisi ini, menurutnya kemungkinan lebih terkait pada variabilitas iklim. "Jangan artikan suhu telah naik 0,68 derajat celcius. Itu hanya sesaat, tahun itu saja," ucapnya.
Ia menambahkan kenaikan suhu juga tidak bisa hanya dikaitkan dengan perubahan iklim. Hal ini dikarenakan beragam faktor pendukung, seperti El Nino, mosun, dan badai di sekitar Indonesia sepanjang tahun 2014.
Meski demikian, Widada tidak memungkiri bahwa perubahan iklim dalam skala besar kemungkinan memengaruhi peningkatan suhu tahun lalu.