Bukan Sekadar Kecanduan Ponsel, Namun Lebih Mengerikan

By , Minggu, 22 Februari 2015 | 13:30 WIB

Apakah Anda adalah tipe orang yang sering bolak-balik mengecek ponsel untuk sekedar mengecek pesan singkat atau e-mail? Jika demikian, kemungkinan Anda menderita kondisi yang lebih mengerikan dari sekadar kecanduan ponsel. Para peneliti dari Baylor University, Amerika Serikat, melakukan penelitian terkait perilaku penggunaan ponsel. Studi yang dipublikasikan pada jurnal Personality and Individual Differences ini menemukan bahwa orang yang sangat melekat dengan ponselnya memiliki kepribadian yang tak stabil dan mencoba mengubah suasana hatinya terus-menerus. Dengan kata lain, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang terus-menerus mengecek ponselnya cenderung mencari sesuatu atau apapun yang dapat membuat dirinya merasa lebih baik dan lebih tenang. Penelitian ini melibatkan 400 orang responden baik pria maupun wanita berusia antara 19 hingga 24 tahun. Untuk meneliti, para ahli menggunakan metode kuesioner ekstensif untuk memeriksa tipe kepribadian dan penggunaan ponsel masing-masing responden. Temuan lain yang dilapokan para peneliti adalah kecanduan ponsel hanya salah satu bentuk distraksi dari permasalahan nyata individu.

"Dari banyak variasi kecanduan, kecanduan ponsel kemungkinan adalah sarana untuk memperbaiki suasana hati. Terus-menerus mengecek e-mail, mengecek pesan singkat, mengecek status di media sosial, dan berselancar di internet kemungkinan merupakan sarana individu untuk menciptakan distraksi dari kekhawatiran di hari itu," ungkap para peneliti. Selain itu, para peneliti mengungkapkan bahwa mengecek ponsel secara terus-menerus juga merupakan sarana untuk memperoleh hiburan secara sementara untuk "melarikan diri" dari segala macam bentuk kekhawatiran. Para peneliti juga menemukan para pecandu ponsel cenderung sulit fokus pada satu topik. "Akan tetapi, mereka yang menunjukkan sifat pemalu dan introvert cenderung lebih tidak dependen terhadap ponsel mereka ketimbang mereka yang bersifat lebih ekstrovert," sebut para peneliti.