Citra satelit menunjukkan pengasaman dan suhu air laut dari ruang angkasa. Mengukur tingkat keasaman laut secara langsung menggunakan kapal penelitian akan mahal. Selain itu penggunaan kapal penelitian hanya dapat menjangkau daerah yang terbatas.
Sementara dengan menggunakan satelit yang dipasangi dengan kamera thermal serta sensor suhu dapat lebih menggambarkan keadaan lautan secara jelas.
Menurut data dari European Space Agency (ESA) seperempat dari karbon dioksida yang dihasilkan manusia ternyata tersimpan di lautan dan membuat air laut menjadi lebih asam. Akibatnya kehidupan laut menjadi berubah karena semakin asam dan meningkatnya suhu air.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Enviromental Science and Technology dan menunjukkan bahwa data satelit yang mengkombinasikan cara mengukur pengasaman serta kondisi laut merupakan cara baru.
Teknik baru ini dap at memantau hot spot di Teluk Benggala, Samudera Artik, dan Karibia. Ketiga wilayah itu mengalami pengasaman laut yang berdampak pada ekonomi. Sayangnya, penelitian di daerah tersebut masih minim dilakukan.
Upaya pemantauan juga akan dilakukan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dalam beberapa bulan mendatang. NOAA memprediksi akan ada risiko pemutihan terumbu karang secara masif seperti tahun 1998 dan 2010 di beberapa negara kepulauan. Seperti Kiribati, Nauru, dan Kepulauan Solomon.
Penyebab utama pemutihan terumbu karang ialah panas laut yang terus meningkat. Selain itu keasaman pada air laut membuat terumbu karang menjadi lebih rentan mengalami pemutihan.