WHO telah menetapkan peraturan agar semua rumah sakit ataupun klinik di seluruh dunia untuk menggunakan inovasi jarum suntik baru yang mencegah pemakainya menggunakan jarum suntik ini lebih dari sekali. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya Organisasi Kesehatan dunia untuk mengurangi angka penderita penyakit HIV, juga hepatitis B dan C.
Pada tahun 2010, kasus pemakaian ulang jarum suntik menjadi penyebab terjangkitnya penyakit hepatitis B kepada 1,7 juta orang, infeksi virus HIV baru kepada 10.000 orang, dan infeksi hepatitis C kepada 100.000 orang lainnya. Itulah mengapa WHO menekankan pentingnya penggunaan jarum suntik pintar tersebut, walau pengaplikasiannya mungkin akan memakan biaya dua kali lipat dari penggunaan biasa menggunakan jarum suntik yang dapat digunakan berulang kali.
Jadi, bagaimana cara kerja jarum suntik pintar tersebut?
Jarum suntik pintar didesain agar penggunanya tidak dapat menarik kembali tuas pendorong suntik setelah penggunaanya yang pertama. Bagian tuas pendorong jarum suntik diberi barel yang ketika sudah terdorong masuk ke dalam tabung suntik, durinya akan melekat pada dinding tuas sehingga pengguna tidak akan bisa menarik kembali tuas pendorong. Keberhasilan penggunaan jarum suntik pintar demi pencegahan penyebaran penyakit HIV dan hepatitis juga memerlukan "kerja sama" yang baik dari staff rumah sakit dan perawat. Mereka diharuskan men-setting kunci pada suntikan untuk mencegah orang lain menggunakan jarum suntik yang telah dipakai.