Satelit Resolusi Tinggi Dukung Swasembada Pangan

By , Jumat, 27 Februari 2015 | 10:00 WIB

Pencanangan pemerintah mencapai swasembada beras mensyaratkan dukungan penataan lahan pertanian dan pengelolaan kawasan persawahan. Untuk memantau potensi luasan lahan dan pertumbuhan padi, diterapkan teknik penginderaan jauh dengan satelit resolusi tinggi.

Demi memperoleh citra penginderaan jauh itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bermitra dengan Airbus Defense and Space Perancis, yang memiliki satelit SPOT 6 dan 7 untuk memperoleh citra rupa bumi beresolusi 1,5 meter.

”Citra ini diterima stasiun bumi di Parepare, Sumatera Selatan, lalu diolah,” kata Dedi Irawadi, Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lapan dalam diskusi pengembangan pemanfaatan satelit resolusi tinggi di Jakarta, Rabu (25/2).

Selain itu, dari Perancis, Lapan akan mendapat citra dari Pleades 1A dan 1B beresolusi 50 sentimeter. Kerja sama dengan Amerika Serikat juga ditempuh untuk memperoleh citra dari satelit Quickbird untuk resolusi gambar 60 cm dan World View 30 cm.

Data penginderaan jauh itu diperlukan untuk mengamati fase masa tumbuh padi. Berdasar analisis datanya dapat diketahui usia tanaman padi sehingga dapat diprediksi waktu panen. Dari data satelit pula, luas sawah di suatu wilayah diketahui akurat.

Selain itu, bagi para pemangku kepentingan, data satelit ini dapat untuk mempredikasi jumlah panen padi dan memperkirakan kekurangan atau surplus panen.

Data itu bisa membantu perencanaan kebijakan terkait ketersediaan pangan nasional.!break!

Berbagai aplikasiSelain memantau lahan pertanian, khususnya persawahan, citra satelit resolusi tinggi juga akan digunakan mengobservasi kawasan hutan dan laut. Citra satelit itu juga untuk pemetaan dan mitigasi bencana.

Dengan citra resolusi tinggi, gambaran yang diperoleh lebih detail dan dapat digunakan untuk beragam keperluan penyusunan informasi geopasial. Untuk pemetaan hingga kawasan pedesaan berskala 1 : 5000, diperlukan citra resolusi di bawah 60 cm untuk kawasan 400.000 km2, meliputi permukiman, persawahan, dan pertanian lahan kering.

Untuk mencakup kawasan perdesaan sebanyak 74.045 desa, diperlukan 3.899 nomor lembar peta. ”Data itu diperlukan untuk perencanaan tata ruang,” kata Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Priyadi Kardono. Peta tersebut diperlukan untuk penetapan batas pedesaan dan perencanaan pembangunan daerah di seluruh wilayah Indonesia.

Di bidang maritim, data penginderaan jauh beresolusi tinggi sangat membantu mendeteksi keberadaan terumbu karang. Dengan demikian, dapat diketahui kondisi terumbu karang untuk pelestarian dan pemanfaatannya sebagai potensi pariwisata.

Di bidang mitigasi bencana, data satelit beresolusi tinggi dapat memberi gambaran rinci kondisi sebelum dan pascabencana. Data itu dapat membantu upaya pemulihan daerah terdampak. ”Bahkan, data citra satelit juga bisa mendeteksi wilayah-wilayah rawan bencana sehingga membantu dalam mitigasi bencana,” ujar Dedi.

Selain BIG, kemitraan juga dijalin dengan kementerian lain untuk pemanfaatan data itu, di antaranya dengan BPPT, Kementerian Pertanian, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.