Mendengar kata bedah jantung, banyak orang yang langsung bergidik nyeri. Padahal, kini teknologi bedah jantung semakin canggih dan noninvasif dengan hasil luka kecil. Waktu perawatan di rumah sakit juga makin singkat.
"Di Indonesia sudah sering dokter melakukan operasi yang sifatnya noninvasif. Bukaan lukanya kecil dan sakit yang ditimbulkannya juga kecil jika dibandingkan dengan operasi terbuka," kata dr. Hariadi Hadibrata, spesialis bedah toraks dan kardiovaskular dalam acara Living with Heart Disease di Jakarta (24/2).
Ia menjelaskan, secara umum ada tiga jenis bedah jantung. Yang pertama adalah operasi pintas pembuluh darah atau biasa disebut bedah bypass. "Tujuan operasi ini membuat saluran darah baru karena yang lama tersumbat," papar dokter dari Bunda Heart Centre Jakarta ini.
Operasi kedua adalah operasi perbaikan atau ganti katup jantung. Biasanya dilakukan kalau ada kelainan, baik karena infeksi atau rusak, sehingga jantung tidak bisa menutup sempurna. Akibat kondisi ini alirah darah yang seharusnya searah menjadi bolak balik. Terakhir adalah operasi jantung bawaan yang bertujuan untuk menutup celah dengan selaput yang berasal dari jantung sendiri. Biasanya operasi ini dilakukan pada anak-anak.
Untuk operasi bypass, saat ini sudah bisa dilakukan dengan alat atau mesin yang berfungsi menggantikan fungsi jantung selama proses operasi. "Alat-alat yang dipakai dalam operasi kini semakin baik, dengan bantuan kamera yang bisa membantu dokter," kata Hariadi.
Jika dulu operasi bypass dilakukan dengan mengambil pembuluh darah di kaki dengan bekas luka cukup besar, saat ini dokter cukup memasukkan alat dengan membuka luka berdiameter sekitar 2 sentimeter. "Kalau operasi konvensional perlu bukaan sampai 20 cm, dengan noninvasif hanya perlu 1-2 sentimeter," paparnya.
Selain itu, waktu perawatan di rumah sakit juga berlangsung lebih singkat. "Operasinya mungkin sekitar 3-4 jam, lalu selama 1 sampai 2 hari pasien di ICU dan dua hari pindah ke ruangan untuk menjalani fisioterapi. Setelah itu boleh pulang," katanya.