Berwisata ke Tempat Ibadah, Kenapa Tidak?

By , Senin, 2 Maret 2015 | 20:00 WIB

Banyak wisata jenis heritage atau peninggalan sejarah adalah tempat ibadah atau ritual kepercayaan. Walau sudah ratusan tahun, bahkan ribuan tahun, heritage atau peninggalan sejarah yang berupa tempat ibadah masih menarik sebagai kawasan wisata. Sebut saja Candi Borobudur di Jawa Tengah atau makam-makam Wali Songo di Cirebon, Jawa Barat. Bukan hanya yang tua usianya, tempat ibadah yang baru dibangun saja kadang menarik banyak wisatawan. Salah satunya adalah Masjid Kubah Emas di Depok, Jawa Barat. 

Di satu sisi, heritage tempat ibadah ini merupakan peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Bukan hanya keindahannya saja tetapi juga bagaimana kita menghargai dan mempelajari sejarah. Namun di sisi yang lain, tempat ibadah adalah tempat yang sakral dan disakralkan oleh manusia. Dua sisi yang sulit dipilih, mana yang lebih penting, sisi sejarah atau ibadah?

Pertama, selalulah lapor atau bertemu dengan penjaga tempat ibadah. Banyak tempat ibadah yang dijadikan kawasan wisata memiliki ruang tiket atau lapor. Kalaupun tidak,  kita bisa menemui penjaganya. Mungkin tidak wajib tapi ini demi menghormati dan menghindari kesalahpahaman. Lebih penting lagi tanyakanlah aturan dan batasan turis atau orang asing yang berkunjung. Bukan hanya batasan wilayah tetapi juga batasan tingkah laku.!break!

Kedua, Jangan terlalu kaget atau tersinggung jika dimintai uang sumbangan di kawasan wisata tempat ibadah. Anggap hal yang lumrah saja. Biasanya toh para penjaga atau manajemen tempat ibadah tidak meminta banyak uang sumbangan bahkan ada yang seikhlasnya saja.

Mudahnya, tanyakan kepada orang lokal, staf hotel atau pemandu wisata tentang harga yang wajar untuk menyumbang tempat ibadah. Selain itu tanyakan juga dari awal apakah ada bayaran atau sumbangan dan tegaskan dari awal. Ini menjadi penting agar tidak punya kesan “dipalak” atau “dirampok”.

Ketiga, berpakaian tertutup dan sopan. Jangankan ke tempat ibadah, ke istana negara di semua negara pun memberikan aturan ketat terhadap standar kesopanan pakaian. Minimal jangan tanktop atau tangan buntung dan celana pendek.

Pakailah celana di bawah lutut. Jangan juga celana atau baju ketat. Amannya, bawalah scarf yang bisa dijadikan penutup bagian tubuh misalnya dada, rambut, bahkan bisa dijadikan sarung bila dibutuhkan.

Keempat, lepas alas kaki juga jangan lupa. Demi alasan keamanan dan kemudahan memang sebaiknya bawa selalu kantung plastik untuk menyimpan  alas kaki, baik sepatu atau sandal. Kalau bisa bawa kaos kaki agar kaki tidak terlalu kotor. Kaos kaki juga bisa menghindari tapak kaki dari kepanasanan. Kalau terlalu panas bisa membuat kaki melepuh.

Kelima, bagi perempuan yang sedang menstruasi, perhatikan aturan agama tempat ibadah yang didatangi. Beberapa tempat ibadah, seperti pura atau masjid, memiliki aturan agama yang melarang perempuan menstruasi masuk ke dalam gedungnya.

Keenam, terpenting adalah siapkan mental dan sikap yaitu jangan mengganggu orang yang datang untuk beribadah, walau hanya suara apalagi kamera. Walau tidak terlihat mengganggu, suara atau kamera tetap akan mengganggu konsentrasi orang yang beribadah.

Jangan sekali-kali menunjukkan rasa aneh apalagi merendahkan atau mencibir cara ibadah dalam tempat ibadah. Masing-masing agama dan kepercayaan memiliki cara ibadah masing-masing yang kadang memang sulit diterima akal dan perasaan agama dan kepercayaan lain. Semua kembali kepada sikap untuk saling menghormati sesama umat beragama.