Ilmuwan Kembangkan Insulin 'Pintar' untuk Penderita Diabetes Tipe 1

By , Senin, 2 Maret 2015 | 20:30 WIB

Para peneliti telah mengembangkan insulin "pintar" yang secara otomatis mengatur jumlah gula darah dalam tubuh orang-orang yang mengidap diabetes tipe 1. Hal ini akan menjadi terobosan bagi para pasien, yang setiap hari bergulat untuk mempertahankan tingkat gula darah yang sehat.

Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem imunitas tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreatik yang memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang membantu memetabolisa glukosa dari makanan, yang digunakan sel-sel tubuh untuk bahan bakar.

Orang-orang dengan diabetes tipe 1 harus sering memeriksa tingkat glukosa mereka dan menyuntikkan insulin, terkadang beberapa kali sehari. Namun rutinitas itu tidak tepat.

Insulin yang terlalu sedikit akan menaikkan tingkat gula darah yang seiring waktu dapat mengarah pada komplikasi-komplikasi serius, termasuk sakit jantung, gagal ginjal dan kebutaan. Namun jika penderita diebetes tipe 1 mendapatkan terlalu banyak insulin, mereka berisiko koma yang berbahaya.

"Idenya adalah untuk mendapatkan sesuatu yang sama sekali otonom. Jadi jika pasien tidak usah memeriksa tingkat gula darah mereka, jika mereka dapat menyuntikkan insulin di pagi hari dan tahu bahwa mereka mendapat cukup pasokan untuk hari itu, hal itu merupakan skenario terbaik. Tapi saya kira di situlah peran generasi insulin respon glukosa "pintar"," ujar Matthew Webber, insinyur biomedis di Massachusetts Institute of Technology yang membantu mengembangkan insulin "pintar" yang mengaktivasi diri ketika tingkat gula darat meningkat.

Suntikan tunggal agen yang bekerja lama mengikat molekul-molekul glukosa yang beredar dalam darah, secara otomatis membawa tingkat gula darah turun ketika mereka melonjak.

Webber mengatakan para peneliti telah melakukan tes-tes menggunakan hewan laboratorium.  Tes itu menunjukkan bahwa insulin "pintar" bekerja selama sedikitnya 14 jam, berulang dan otomatis menurunkan tingkat gula darah dalam tikus. 

Penelitian ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Para peneliti berharap selanjutnya akan melakukan uji coba pada manusia untuk insulin respon-glukosa pertama.