Perubahan Iklim Perparah Konfilik di Suriah

By , Rabu, 4 Maret 2015 | 08:05 WIB

Perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan ternyata memberikan kontribusi terhadap konflik di Suriah. Temuan itu dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences. 

Kekeringan di Suriah terjadi sejak akhir tahun 2006 dan berlangsung selama tiga tahun. Kejadian ini merupakan rekor terburuk dalam sejarah Suriah. Peneliti menyimpulkan, kekeringan memberikan dampak bagi jumlah air dan menimbulkan kesengsaraan masyarakat. Setidaknya 1,5 juta warga Suriah di pedesaan bermigrasi menuju daerah perkotaan. 

Migrasi masif ini justru memicu perubahan demografis yang berakibat pada ketidakstabilan di kota. Kekeringan juga berkontrbusi pada kenaikan harga pangan dan penyakit gizi pada anak-anak. Maka kekeringan semakin memperburuk keadaan Suriah.

Variasi cuaca juga dapat menyebabkan kekeringan, namun menurut peneliti, kekeringan di Suriah lebih banyak terjadi akibat perubahan iklim.

Perubahan iklim terjadi akibat ulah manusia sehingga menyebabkan kekeringan sebesar ini dapat terjadi. “Kekeringan memegang faktor penting,” ujar rekan penulis Mark Cane, profesor ilmu bumi dan iklim di  Columbia University kepada Huffington Post.

Ketika kekeringan buruk terjadi selama 3 tahun, orang hanya dapat bertahan satu sampai dua tahun. Tahun ketiga, maka lupakanlah,” papar Cane.

Walau demikian, Richard Seager seorang ilmuwan iklim dari Lamont-Doherty Earth Observatory yang juga salah satu peneliti mengungkap, bahwa penelitian ini tidak mengatakan kekeringan menyebabkan perang. Akan tetapi, kekeringan memperparah konflik yang tengaj terjadi.

“Melihat kondisi ini menyadarkan bahwa perubahan iklim meningkatkan risiko suatu hal terjadi,” ujar Cane, “Itulah faktor yang harus diterapkan pada cara berpikir orang untuk menatap masa depan.”