Ajakan PATA Indonesia Chapter (PIC) pada kota-kota Indonesia yang akan dilintasi Gerhana Matahari Total (GMT) agar memanfaatkannya menjadi momen pariwisata nampaknya mendapatkan sambutan yang cukup baik dari beberapa kepala daerah yang diundang untuk berdiskusi bersama.
“Kalau sebelumnya Palu yang begitu bersemangat, kali ini semangatnya tambah lagi dari kota-kota lainnya, yaitu Belitung, Palembang, Palangkaraya, Balikpapan, dan Bengkulu,” ujar CEO PIC, Poernomo Siswoprasetijo usai diskusi GMT 2016 bersama beberapa kepala daerah di Jakarta, Kamis (15/1/2014).
Poernomo bersyukur karena kesempatan langka ini akhirnya mendapat sambutan baik dari perwakilan daerah yang hadir hari itu. Saat itu, diskusi dihadiri oleh 5 perwakilan daerah, diantaranya Belitung, Palembang, Palangkaraya, Balikpapan dan Bengkulu. Pertemuan hari itu menghasilkan beberapa rencana kerja sama promosi pariwisata menyambut GMT, 9 Maret 2016.
“Mereka cukup antusias, bahkan ada dari mereka yang sebelumnya tidak tahu kalau Maret 2016 ini ada momen langka seperti ini. Palembang misalnya, mereka baru tahu kalau kota mereka akan dilalui oleh GMT dan langsung antusias untuk ikut mempersiapkan momen ini,” tambahnya.
Berbeda dengan Palembang, perwakilan daerah dari Belitung nampak sudah tahu lebih dulu. “Ya, kami sudah tahu lebih dulu. Bahkan kami sudah mulai bersiap-siap menyambut GMT ini. Di Belitung, GMT akan melalui Tanjung Pandan, bandara internasional sedang ditunggu izin operasionalnya, kami juga sedang medekati calon investor untuk menambah fasilitas hotel,” sambung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Provinsi Bangka Belitung, KA Tajuddin.
Begitupun beberapa perwakilan kota lainnya, mereka mengaku cukup antusias dengan hasil diskusi ini. "Semua yang hadir sepakat ingin bekerja sama dengan kami, mereka juga akan lekas bersiap-siap menyambut GMT ini. hanya Ternate yang belum berhasil kami hubungi untuk ikut berdiskusi, semoga akan ada sambutan baik pula dari sana (Ternate). Prediksinya, GMT terlama dan yang paling total di sana," ujar Poernomo lagi.
Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin pada 24 April 2014 saat mengumumkan GMT menyatakan bahwa peristiwa langka ini belum dapat disaksikan kembali dalam 40 tahun ke depan setelah terjadi pada 1986 lampau. Lalu, PATA Indonesia Chapter sebagai badan promosi pariwisata dunia berusaha menggandeng pemerintah daerah, industri pariwisata, dan Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan momen GMT sebagai sebuah ajang wisata. Peluangnya tentu saja bukan saja wisatawan nusantara, tapi juga wisatawan mancanegara mengingat wisata gerhana menjadi hal lazim di dunia pariwisata, terutama luar negeri.
“Saat ini kalau di luar negeri, agen perjalanan wisata yang menawarkan tur gerhana matahari sangat menjamur. Untuk Indonesia memang masih menjadi hal yang baru, tapi tetap harusaware. Dengan momen ini, destinasi wisata di Indonesia bisa lebih dikenal lagi. Kami harap dengan antusiasme yang begitu besar dari kota-kota ini, mereka bisa lebih mempersiapkan agar momen ini tak jadi sia-sia,” tutup Poernomo.