Indonesia kaya akan sumber daya alam salah satunya tambang emas. Banyak berbagai jenis perhiasan emas di Indonesia dari berbagai daerah. Namun dalam prosesnya masih menggunakan merkuri. Ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan bahkan menyebabkan meninggal dunia.
Dalam melepaskan emas dari mineral ini menggunakan merkuri dan air yang ikut dalam prosesnya pun dibuang ke laut, dan pada proses pembakaran juga menggunakan air raksa dimana ini sangat berdampak buruk bagi kesehatan. Udara yang dihirup mengandung merkuri yang dapat mengganggu sistem syaraf otak dan indera kita, yang mengakibatkan gangguan mental, fisik dan kelumpuhan syaraf. Lingkungan pun ikut tercemar dan berbahaya bagi kita karena merkuri tersebut tidak akan hilang atau hancur walaupun di laut, ia akan terus mengikuti aliran air laut.Karena merkuri yang masuk ke air akan menjadi metil merkuri dimana metil merkuri ini jauh lebih berbahaya dari merkuri dan dapat membunuh mikro organisme biota laut.
Harga merkuri yang sekarang terjangkau, dari Rp 1.600.000,00 menjadi Rp 600.000,00 namun lebih murah jika merkuri tersebut lokal yakni Rp 250.000,00. Harga yang terjangkau dan mudah pemakaiannya membuat penambang skala kecil dan illegal ini sangat terbantu namun mereka belum mengetahui akibat fatal bila melakukan ini secara terus menerus.
Menurut data ASGM, Indonesia merupakan contributor emisi merkuri terbesar kedua, yang pada peringkat pertama adalah China.
Budi Susilorini selaku Direktur Eksekutif Blacksmith Institute, terus berupaya dengan mensosialisasikan secara intensif melalui workshop ke desa-desa yang melakukan kegiatan penambangan khususnya penambang skala kecil dan illegal. Serta memberikan dukungan bantuan metode ijuk ke berbagai daerah tambang seperti Kalimantan, Lebak, Sumbawa, dan lainnya.
“Mengubah cara pandang yang sudah membudaya turun menurun ini tentu tidak mudah, namun kita terus melakukan sosialisasi secara intensif dan bekerjasama dengan kedubes Amerika dalam memantau penggunaan merkuri. Meyakinkan para penambang ini dengan metode ijuk serta yang paling penting, memberitahukan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan terhadap penggunaan merkuri” tutup Budi Susilorini.
Mari menjaga bumi kita sebaik-baiknya dengan stop penggunaan merkuri bila tidak ingin kekayaan alam Indonesia menjadi rusak, tercemar dan tidak dapat kita nikmati dengan baik.