Upacara Pemanggil Hujan dan Uniknya Pemakaman di Tambora

By , Sabtu, 30 Mei 2015 | 16:35 WIB

Beragam cerita yang datang dari timur, tepatnya dari gunung Tambora. Mulai dari pemakaman yang berbeda, serta upacara dewa untuk memanggil hujan.

Biasanya orang yang sudah meninggal dunia, tentu wajib bagi kita yang masih dapat berdiri diatas bumi tua ini untuk menguburkan atau melakukan kremasi. Tentu dengan doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan agar diterima di surga.

Biasanya bagi kaum muslim, jenazah sebelum dikubur tentu dihadapkan ke arah kanan. Namun berbeda dengan kaum muslim di sekitar gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat. Beberapa pemakaman di sekitar gunung Tambora ini, jenazah ini menghadap ke gunung Tambora. Sungguh unik dan berbeda.

Berbeda dengan pemakaman, warga di Sumbawa ini kerap melakukan upacara Raja Alam untuk memanggil hujan. Bagaimana caranya? Melalui media gendang yang berukiran tulisan bugis yang hingga saat ini pun belum dapat terpecahkan makna dari tulisan bugis tersebut. Menabuh gendang dengan mantra pemanggil hujan, berharap kepada sang Raja Alam turut mendoakan kepada Tuhan melalui Sang Maharaja. Ya, warga di Sumbawa ini walaupun sudah menganut ajaran agama namun masih mempercayai tradisi upacara tersebut.

Sahabat! Ingin mengetahui lebih lanjut kisahnya? Datang dan meriahkanlah semarak gelegar Tambora 200 pada Fokus Expo 2015 pada 7 Maret 2015 di Jakarta Convention Center. Pukul 9.00 - 10.00 WIB dan 14.00 - 15.00 WIB. Tim National Geographic akan sharing tentang pengalamannya menjelajahi gunung Tambora. Tidak hanya itu, tim kami juga sharing mengenai foto langsung di gunung Tambora. Ayo! Semarakan bersama, asah kemampuan memotret sahabat dan pengetahuan baru pendakian ke gunung Tambora. Ditunggu ya!