Cegah Terulang Hilangnya MH370, ICAO buat Standar Baru Pelacakan Pesawat

By , Senin, 9 Maret 2015 | 10:30 WIB

Untuk mencegah agar kejadian seperti hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 terulang kembali, ICAO (international civil aviation organization) telah membuat rekomendasi standar baru pelacakan pesawat.

Dikutip KompasTekno dari Flight Global, Rabu (4/2), ICAO menyarankan agar sistem ACARS (aircraft communications addressing and reporting system) di dalam pesawat mentransmisikan data setiap 15 menit sekali.

Sebelumnya, standar transmisi data yang direkomendasikan ICAO adalah setiap 30 menit sekali.

Selama ini sejumlah maskapai secara sukarela dengan inisiatif sendiri mentransmisikan update posisi pesawatnya dengan menggunakan ACARS atau teknologi lain, seperti ADS-B.

Namun belum ada keharusan yang mewajibkan semua maskapai mengadopsi sistem pelaporan posisi tersebut. Selain itu, belum ada juga standar interval transmisi data lokasi pesawat.

Menurut ICAO, dengan memperpendek transmisi ACARS setiap 15 menit sekali, dengan asumsi kecepatan rata-rata pesawat adalah 470 knots, maka hal tersebut bisa mengurangi area pencarian sekitar 100 mil laut jika pesawat tersebut hilang saat penerbangan. ACARS merupakan sistem komunikasi data digital yang mentransmisikan pesan pendek antara pesawat dan stasiun di darat, melalui jaringan frekuensi radio atau koneksi satelit.

Data-data yang dikirimkan oleh ACARS antara lain berupa data atau pesan dari ATC (air traffic controller) untuk meminta atau menerima izin, data-data kondisi pesawat dalam setiap fase penerbangan, data rute, cuaca, serta sensor-sensor penting dalam pesawat, seperti heading, ketinggian jelajah, dan kecepatan jelajah.

Setelah insiden kecelakaan Air France penerbangan AF447 terjadi di tahun 2009 lalu, ACARS direkomendasikan sebagai layaknya blackbox online. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko jika kotak hitam, khususnya FDR (flight data recorder) susah ditemukan.

Data-data kritis saat-saat terakhir pesawat setidaknya bisa terekam untuk dijadikan sebagai petunjuk awal, sebelum mengoleksi data utuh yang tersimpan dalam kotak hitam.

Dalam kasus Malaysia Airlines MH370, ACARS juga sedikit banyak memberikan peranan penting. Walau sistem utama ACARS dalam MH370 ditengarai dimatikan secara sengaja dari dalam pesawat, namun sistem ACARS cadangan yang disebut Classic Aero tetap aktif selama mesin dan generator pesawat menyala.

Sistem cadangan itulah yang aktif melakukan koneksi dengan satelit milik Inmarsat dalam interval satu jam sekali.

Dengan berbekal "ping" antara ACARS dan satelit milik Inmarsat, para ahli membuat perhitungan matematis dan menentukan jarak antara pesawat dengan posisi satelit.

Dari situlah diketahui lokasi kemungkinan hilangnya MH370 yang terbentang antara perbatasan Kazakhztan dan Tiongkok di sebelah utara, dan di Samudera Hindia di  sebelah selatan.

Fokus pencarian MH370 sendiri selama satu tahun terakhir dilakukan di Samudera Hindia, dengan pencarian yang dipimpin oleh tim gabungan antara Malaysia dan Australia.

Namun, pencarian selama satu tahun tersebut hingga kini belum menghasilkan petunjuk yang berarti. Tak satu keping pun serpihan B777-200 dengan registrasi 9M-MRO itu berhasil diketemukan.