O'Jack. Ojek Motor Pertama yang Dilengkapi Argometer di Yogyakarta

By , Senin, 16 Maret 2015 | 10:40 WIB

Apa yang menarik di Yogyakarta? Banyak! Sampai apapun yang disebutkan tentang Yogyakarta bisa dianggap istimewa. Salah satunya saat kita menaiki ojek motornya.

Saya senang menggunakan bus trans Jogja jika sedang tidak membawa kendaraan sendiri. Tapi dalam beberapa kesempatan saya lebih memilih menumpang ojek terutama saat sedang memburu waktu menuju tempat tertentu. Sepanjang itupula saya memilih untuk menaiki jasa ojek yang tak biasa yakni ojek dengan argometer layaknya mobil taksi.

Dalam beberapa tahun terakhir ojek motor dengan argometer mulai bermunculan di beberapa kota seperti Jakarta dan Surabaya. Tapi tak banyak yang tahu jika pemrakarsa ojek motor dengan argometer tersebut ada di Yogyakarta.

"O'jack" adalah usaha ojek motor atau taksi motor dengan argometer yang semakin familiar di Yogyakarta. Di tahun 2010 usaha ojek ini mendapatkan pengakuan dari MURI sebagai "Taxi Motor Pertama yang Dilengkapi Argometer". Setahun kemudian MURI mempertegasnya dengan rekor "Pemrakarsa Taxi Motor Berargometer di Indonesia".

Beberapa kali menumpang ojek taksi motor saya mendapatkan kesan yang baik dan menarik. Menggunakan argometer sebagai penentu tarif yang harus dibayar oleh penumpang, membuat taksi motor ini "ramah" bagi orang yang tak pandai menawar yang biasanya mudah dikelabui tarif ojek konvensional. Sistem argometer membuat penumpang tak perlu pusing memperkirakan ongkos yang seringkali akhirnya membuat mereka ragu untuk memilih ojek motor.

Tarif taksi motor ini sangat jelas yakni Rp. 4000 untuk 1 kilometer pertama dan Rp. 2 per meter untuk jarak tempuh selanjutnya. Dalam perjalanan dari kampus UGM ke terminal Jombor di Jalan Magelang misalnya, saya hanya cukup membayar antara Rp. 13.000. Jauh lebih murah dibanding ojek motor konvensional yang seringkali menembak di awal dengan tarif Rp. 20.000.

Lain hari saya menumpang taksi motor dari kampus UGM ke Bandara Adi Sutjipto di Jalan Solo. Dengan argometer ternyata hanya menghabiskan ongkos Rp. 27.000. Bandingkan jika harus menumpang ojek konvensional yang memasang tarif di awal sebesar Rp. 40.000 dan jika beruntung memenangi tawar menawar baru akan turun menjadi Rp. 30.000. Atau bandingkan jika menaiki taksi mobil yang perlu merogoh kocek sebesar Rp. 50.000.

Selain tarifnya lebih lebih murah dan pasti, pengendara taksi motor juga memiliki perilaku mengendarai yang lebih baik. Sepanjang yang saya amati setiap kali memakai jasanya, ojek yang satu ini hampir tak pernah melaju dengan kecepatan di atas 50 km/jam meski dalam kondisi jalanan lancar sekalipun. Bahkan ketika menuju terminal di pagi hari melewati jalan lingkar yang sepi, taksi motor ini melaju dengan kecepatan 40km/jam. Penumpang pun menjadi merasa lebih aman.

Taksi motor juga menerapkan sistem pelayanan konsumen yang lebih modern dibanding ojek konvensional. Mereka memiliki layanan call center via telepon atau sms untuk pemesanan. Seperti taksi mobil, kita bisa dengan mudah memesan taksi motor dengan menyebutkan nama dan alamat penjemputan. Yang menyenangkan adalah sang pengendaranya tak segan akan menghubungi calon penumpangnya jika sudah dekat dengan alamat penjemputan. Selain memesan melalui call center, masyarakat yang ingin menggunakan jasanya juga bisa menyetop ketika sang ojek kebetulan melintas dan sedang tidak menjemput penumpang lain.

Setiap memesan taksi motor saya tak perlu lama menunggunya datang menjemput. Apalagi taksi motor ini bermarkas di Jalan Dr. Sardjito tak jauh dari kampus UGM. Hanya satu kali kejadian saya harus menunggu selama 45 menit karena ternyata sang pengendaranya salah menjemput orang. Namun di tengah rasa kesal, tak disangka sang pengelola menelepon untuk meminta maaf dan memastikan telah mengirimkan pengendara lainnya. Kurang dari 10 menit kemudian taksi motor pengganti datang menjemput.

Di Yogyakarta terutama di daerah kota Yogyakarta dan Sleman, taksi motor ini mudah dikenali di jalanan. Selain armadanya yang banyak juga karena atribut motor dan pengendaranya yang unik dan mencolok. Semua motornya berwarna kuning dengan model yang sama. Demikian juga dengan pengendaranya yang berseragam dengan jaket dan helm berwarna kuning lengkap dengan nama taksi motor dan nomor call center.

Selain menggunakan argometer, seragam dan layanan call center pemesanan, taksi motor ini juga melek media sosial. Mereka memiliki website yang menarik serta akun twitter dan facebook untuk memperkuat layanannya.

Satu hal lain yang membuat taksi motor asyik untuk dipilih sebagai transportasi alternatif adalah layanan call center-nya yang cukup responsif dan bertanggung jawab dalam menanggapi pengaduan konsumen. Suatu hari saya menaiki taksi motor ke tujuan yang sudah sering saya datangi dengan menggunakan jasa taksi motor yang sama. Namun pada hari tersebut saya agak terkejut karena harus membayar ongkos yang lebih mahal. Saya yang tak sempat menanyakan kepada sang pengendara akhirnya mengirimkan sms kepada call center dengan menyebutkan nomor taksi motor dan jalur yang saya lalui.

Tak disangka keluhan saya ditanggapi dengan baik. Satu jam kemudian call center menghubungi saya dan memberitahu bahwa mereka telah melakukan pemeriksaan terhadap pengendara dan motor lalu mengakui telah melakukan kelalaian. Tak hanya itu sang pengendaranya pun menghubungi saya untuk meminta maaf dan menjelaskan sebabnya. Ia juga berniat mengembalikan kelebihan uang yang saya bayarkan. Namun saya menolak kembalian itu, bukan karena masih menyimpan kecewa tapi justru karena terkesan dengan tanggung jawab dan keberanian mengakui kelalaian kepada konsumen. Tak heran jika di tahun 2012 taksi motor dari Yogyakarta ini diakui sebagai "Leading Company in Public Service of The Year" pada The Inspiring Business Variety Award. Satu lagi bukti Yogyakarta memang istimewa.