Sejarah Boko Haram

By , Senin, 16 Maret 2015 | 14:30 WIB

Gombe mulanya adalah sebuah kota yang indah dan tentram. Penghuninya adalah orang-orang muslim dari suku Fulani yang ramah, cerdas, dan baik. Meski seperti kebudayaan masyarakat Timur Tengah di era sebelum teknologi maju seperti sekarang ini, kota ini kadang dipenuhi oleh para penjudi dan pemabuk yang kemudian insyaf saat menjelang Ramadhan.

Kini, Gombe merupakan area utama markas dan tempat pengoperasian rencana kelompok militan Boko Haram di Nigeria, yang memiliki tujuan demi mendirikan sebuah Negara Islam “murni”, dimana ajaran dan budaya Barat diberantas secara kejam.

John Hare, seorang barat yang ditugaskan pemerintah Britania Raya di Nigeria sejak usianya 22 tahun, mengatakan: Boko Haram telah memaksakan interpretasi ekstrimis Islam di seluruh negara bagian di utara Nigeria.

Kini, kota yang ia diami hampir semasa hidupnya tersebut telah berubah menjadi lokasi terjadinya beribu-ribu pertumpahan darah.

Nigeria sendiri, 55 tahun setelah kemerdekannya, menjadi tempat lahirnya pasukan teroris dari orang-orang Islam fundamental, mereka yang rela melakukan bom bunuh diri dengan berkeyakinan jihad. Kota-kota yang dulunya indah, tenang dan aman kini porak-poranda akibat teror.

Di tahun 2014, sebanyak 276 siswi di Provinsi Borno diculik ketika mereka sedang bersekolah. Penculikan 276 siswi sekolah tersebut hanyalah satu dari 800 kejahatan asasi yang dilakukan Boko Haram.

Menurut catatan Human Rights Watch, sejak tahun 2009,  sebanyak 6000 penduduk sipil tewas akibat kekejaman Boko Haram, 2500 orang diantaranya tewas di tahun 2014 lalu.

Dulu pada tahun 1900, pangeran dari Barat dan Fulani setuju mendirikan Daerah Protektorat di Nigeria Utara (Protectorate of Northern Nigeria). Perjanjian itu mengatakan bahwa jika kegiatan misionaris (Kristenisasi) di wilayah tersebut hanya boleh dilakukan kepada para penyembah berhala, bukan kepada muslim.

Selama John Hare bertugas di Borno, penduduknya mayoritas merupakan penyembah berhala, dengan presentase 65%, sisanya adalah penganut Kristen (30%) dan Muslim (5%). Namun sejak Nigeria merdeka, Kristenisasi semakin berhasil sehingga penduduknya kini mayoritas Kristen, mereka yang kini menjadi target utama aksi misionaris Boko Haram.

Sejarah yang Terulang

Pada tahun 1893, seorang Islam fanatik bernama Rabih Fadi Allah, menguasai wilayah Darfur di sebelah barat Sudan.

Rabih adalah seseorang ang mengagumi Muhammad Ahmad, seorang reformis Islam yang menganggap dirinya Al-Mahdi, si pemandu kebenaran. Rabih menjadi orang yang terkenal akan kekejamannya, membantai orang dari atas kuda dan memotong kepalanya. Jargon favoritnya adalah Allah rektar rasak – semoga Tuhan memenggal kepalamu.

Kini pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau, meneladani Rabih, namun dengan kekejaman yang sangat ekstrim, mengulangi sejarah yang sempat terjadi 125 tahun silam.