Dr. Sergio Canavaro percaya bahwa transplantasi kepala manusia bisa dilakukan, setidaknya pada tahun 2017 nanti. Beliau mengatakan bahwa ilmu kedoketran modern sudah semakin siap untuk menanggulangi kendala-kendala yang dikhawatirkan dapat menghambat proses kesuksesan transplantasi.
Sebuah artikel di New Scientist mendiskusikan besarnya kemungkinan transplantasi kepala manusia ini akan berhasil di kehidupan nyata. Menurut mereka, Dr.Canavero percaya bahwa kepala dapat ditransplantasi melalui ruas tulang belakang (spinal cord) dari badan pendonor. Dengan menyambungkan kepala melalui tulang belakang tersebut juga mencegah resiko terjadinya penolakan oleh sistem imun tubuh dalam menerima kepala baru.
Dalam artikel tersebut juga dikatakan, pada tahun 1950an lalu pernah dilakukan transplantasi kepala pada anjing. Eksperimen tersebut berhasil memindahkan kepala seekor anak anjing ke tubuh anjing dewasa di Sovia yang notabene berukuran lebih besar. Namun, sang anjing hanya dapat bertahan hidup selama enam hari. Di lain waktu, eksperimen di Case Western Reserve University School of Medicine di Cleveland, Ohio, pada tahun 1970, berhasil membuat seekor monyet dengan kepala hasil transplantasi hidup selama sembilan hari, sebelum akhirnya sistem imun monyet menolak adanya kepala baru.
Benarkah transplantasi kepala bisa berhasil dilakukan pada manusia?
Teknik transplant menggunakan ruas tulang belakang dijelaskan secara singkat oleh Dr. Canavero. Katanya, teknik tersebut membutuhkan penggunaan zat polyethylene glycol untuk membantu penggabungan ruas tulang belakang yang tersambung pada kepala dan tubuh. Kemudian, pasien akan dibiarkan dalam keadaan koma selama tiga sampai empat minggu. Pasien diharapkan sudah bisa bejalan setelah satu tahun, dibantu dengan perawatan fisioterapi.