Penduduk pulau-pulau terpencil di Vanuatu terpaksa minum air laut akibat amukan Badai Pam yang menerjang kawasan Pasifik selatan tersebut.
Berdasarkan pemantauan wartawan BBC, Jon Donnison, penduduk bagian utara Vanuatu belum menerima bantuan sejak badai melanda empat hari lalu. Rumah-rumah mereka hancur, lahan pertanian mereka amblas, dan tiada pasokan makanan tersisa.
Selama dua hari terakhir, penduduk Moso—daerah yang dijangkau dengan perahu ke bagian utara Kota Port Vila—mengaku minum air laut lantaran persediaan air bersih nihil.
Sejumlah lembaga kemanusiaan mengalami kesulitan untuk menyalurkan bantuan karena pesawat-pesawat tidak mampu mendarat akibat banjir yang merendam landasan.
Untuk mengatasinya, pemerintah berencana menerapkan sistem estafet. Dengan demikian, pesawat-pesawat berbadan besar akan mendarat di ibu kota provinsi. Kargo dari pesawat-pesawat tersebut kemudian akan disalurkan ke daerah pelosok menggunakan pesawat ringan.
Sejauh ini, komunikasi ke sedikitnya 80 pulau masih mengalami gangguan sehingga kondisi terakhir di sana belum diketahui. Namun, jumlah korban meninggal telah dikurangi Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi 11 orang dari sebelumnya 24 orang.
Sebagian besar korban diduga berasal dari Pulau Tanna yang dihuni 30.000 orang dan berada sekitar 200 kilometer sebelah selatan Port Vila. Pulau tersebut berada pada jalur Badai Pam.
Selain Pulau Tanna dan Pulau Efate, Perdana Menteri Joe Natuman optimistis pulau-pulau lainnya tidak terdampak seberapa besar.