menurut data yang dikeluarkan WHO Selasa lalu, Sebanyak lebih dari rumah sakit dan klinik di negara berkembang tidak menyediakan sabun untuk para staff dan pasien. Hal itu diduga memberikan dampak fatal bagi bayi-bayi yang baru lahir.
Menurut laporan tersebut juga disebutkan bahwa 500ribu bayi mati karena kurangnya air bersih dan sanitasi.
Hanya satu dari lima bayi yang lahir yang kemudian dibersihkan menggunakan tangan perawat yang telah dicuci bersih menggunakan sabun.
“yang perlu diperhatikan sebelum mengeluhkan pelayanan kesehatan adalah dengan mengecek apakah rumah sakit yang anda datangi memiliki basic requirement atau standar kebersihan dan sistem sanitasi memadai yang harusnya dimiliki tiap rumah sakit.” Jelas Barbara Frost, kepala eksekutif Water Aid.
“Lahir dalam kondisi lingkungan yang tidak higenis tentu saja akan merugikan kesehatan, bahkan nyawa sang bayi.”
Fakta mengejutkan yang diungkap oleh Maria Neira, seorang ahli kesehatan lingkungan sosial WHO, bahwa klinik kesehatan memiliki akses air bersih paling tidak setengah kilometer jauhnya dari lokasi klinik.
Hal itu tentu saja memberikan resiko yang fatal bagi sang ibu dan bayinya.
Sama halnya dengan bahaya kematian yang mengancam bayi yang baru lahir, kekurangan air bersih juga berdampak pada gangguan kesehatan seperti wabah kolera, seperti yang terjadi di Republik Demokrasi Kongo, Haiti, Malawi, Tanzania dan Sudan Selatan.