Selama lebih dari 20 tahun, Ochotona iliensis atau Pika tinggal sebagai mamalia gunung. Wajahnya menggemaskan seperti boneka beruang. Selama itu pula, hewan ini menghindari ilmuwan dan tinggal di Pegunungan Tianshan di barat laut Tiongkok.
Hewan berbulu ini hanya beberapa kali menampakkan wujudnya pada manusia, salah satunya tahun 1983 silam. Saking sedikitnya yang melihat hewan ini, orang-orang menduga Pika berjumlah sangat sedikit.
Beruntungnya, di musim panas tahun 2014 peneliti kembali menemukan Pika. Li Weidong menjadi orang beruntung itu. Ia seorang ahli spesies sekaligus seorang ilmuwan dari Xinjiang Institute for Ecology and Geography. Li mengumpulkan relawan untuk melakukan pencarian pika di Pegunungan Tianshan. Jerih payahnya berbuah manis.
Pada suatu siang, mereka berhasil mengabadikan Pika dalam bidikan kamera. Seekor pika muncul dari celah tebing. “Kami menemukanya bersembunyi di balik batu, kami sangat senang,” ujar Tatsuya Shin, seorang naturalis asal Tiongkok yang ikut bergabung dalam upaya pencarian Pika.
Dataran tinggi
Tahun 1983, Pemerintah Tiongkok mengirim Li ke pengunungan di Provinsi Xianjiang dengan tujuan mempelajari sumber daya alam dan penyakit menular. Saat melakukan penelitian itu, Li melihat hewan kecil berkepala abu-abu dari celah batu. Hewan itu berukuran sekitar 8 inci atau 20 centimeter dengan telingga besar dan memiliki bintik cokelat pada bulunya yang berwarna abu-abu itu.
Ia mengirimkan hewan unik itu pada ilmuwan di Chinese Academy of Sciences. Ternyata, hewan yang dibawa Li merupakan spesies baru dari Pika.
Sebenarnya spesies Pika banyak ditemukan di Amerika Utara. Hewan ini biasa hidup pada ketinggian antara 2.800 sampai 4.100 meter dengan lingkungan berumput maupun tinggal di pegunungan.
Meski tinggal pada wilayah tinggi, hewan ini begitu rentan dengan perubahan lingkungan. Diperkirakan tahun 1990, jumlah Pika terus menurun. Faktor seperti penggembalaan ternak hingga polusi udara semakin memperparah penurunan jumlah Pika. Penurunan ini memaksa IUCN mengategorikan Pika sebagai hewan terancam kepunahan.