Setelah sempat dicuri beberapa waktu lalu, pemerintah memulangkan kembali barang-barang antik milik museum nasional di Irak. Pemulangan tersebut sebagai suatu bentuk perlawanan terhadap kelompok militan ISIS dan menandakan bahwa pemerintah sanggup menanggulangi teror yang diberikan kelompok tersebut.
Pernyataan itu diberikan oleh duta besar Iraq untuk Amerika, Lukman Faily. Menurutnya, ia tidak mengkhawatirkan bahwa barang antik tersebut akan dicuri kembali dari tempatnya. Bahkan, Irak dan Amerika sedang bekerja sama melindungi kemungkinan dijualnya artefak-artefak tersebut secara illegal dan digunakan untuk menggalang dana mendukung aksi ISIS.
Isu pemulangan artefak-artefak kembali ke museumnya ini merebak di banyak media sosial, membuat publik mempertanyakan kebijakan memulangkan benda-benda tersebut ke negara yang warisan budayanya sedang dalam ancaman. Namun para arkeolog setuju dengan langkah tersebut, sebanyak 200 lebih artefak tersebut akan dikembalikan dari tempat pengamanannya sekarang di Tell Khaiber, Irak utara, ke Museum Nasional di kota Baghdad.
Margarete van Ess, ketua German Archeological Institute yang diutus ke Irak untuk mengurus masalah ini mengatakan bahwa isu pemulangan artefak ke museum Nasional mungkin bisa saja didebat. Namun, untuk terus menunggu waktu yang tepat pun bukan keputusan bijaksana. “Langkah yang diambil sekarang ini merupakan langkah yang tepat dan penting untuk Irak." tutupnya.