Semrawut <i>Car Free Day</i>

By , Sabtu, 28 Maret 2015 | 16:30 WIB

Menyebalkan! Komentar serupa disampaikan sejumlah warga jika ditanya bagaimana kondisi kawasan bebas kendaraan bermotor setiap hari Minggu di Jalan MH Thamrin-Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day/CFD) di kawasan yang sehari-hari macet itu telah berlangsung sejak 13 tahun lalu.Di situ, warga Ibu Kota, yang setiap hari penat oleh kemacetan lalu lintas ataupun polusi yang menyengat, sesaat bisa menikmati keleluasaan beraktivitas untuk bergerak, berolahraga, atau berinteraksi bersama sesama warga. Mereka bisa berekreasi dengan bermain bola, bersepatu roda, bersepeda, atau joging di area CFD dengan leluasa. Presiden Joko Widodo pun beberapa kali bersepeda atau berinteraksi dengan warga di CFD itu.Tujuan CFD adalah dengan memberikan kesempatan untuk kota yang sehari-hari disesaki asap knalpot dan polusi udara itu dapat "bernapas" sejenak. Polusi udara bisa ditekan sesaat, kualitas udara membaik.Kesuksesan pelaksanaan CFD itu kemudian dicontoh dan diberlakukan di beberapa ruas jalan di ibu kota, bahkan kota-kota lain di Indonesia.Namun, suasana menyenangkan itu sejak beberapa waktu lalu terenggut. Kawasan CFD belakangan berubah layaknya pasar kaget atau pasar tumpah dadakan. Para pedagang, mulai dari makanan-minuman hingga kaus oblong, dengan mudah berbaur dengan ribuan orang yang lalu lalang.Pihak Pemerintah Provinsi DKI sudah berusaha membatasi ruang gerak mereka, tetapi kehadiran para pedagang itu sulit terbendung karena mereka tetap mencari ruang-ruang untuk berjualan. Bahkan, ironisnya, tak jarang di kawasan bebas kendaraan bermotor itu juga ditawarkan kredit kendaraan bermotor beroda dua hingga beroda empat.Sejumlah perusahaan pun membuat gerai, stan, atau panggung mini untuk mempromosikan produknya lengkap dengan berbagai permainan. Sejumlah instansi ataupun perusahaan swasta yang berulang tahun juga menjadikan kawasan CFD ini sebagai tempat kegiatan mereka.Mereka biasanya mengisi kegiatan dengan gerak jalan bersama antarkaryawan atau kegiatan lain. Tak jarang aksi seperti itu malah menuai perundungan di media sosial karena dianggap mengambil alih kawasan CFD.Tak menyenangkanKeriuhan di kawasan itu makin diperparah dengan kehadiran berbagai aksi unjuk rasa. Warga yang tadinya ingin berekreasi harus berjejalan dengan massa berbagai atribut yang mengikuti demonstrasi.Berbagai aksi unjuk rasa, termasuk yang berbau politik, pun kerap dilaksanakan di kawasan itu, terutama di area Bundaran Hotel Indonesia. Bermacam-macam pengeras suara, dari kelas megafon hingga sound system berkekuatan ribuan watt, lengkap dengan orasi yang bernada provokasi, menambah suasana tak menyenangkan di kawasan CFD. Tak jarang terjadi gesekan antara massa pendukung masing-masing pihak."Gue sekarang lebih suka lari di kawasan Gelora Bung Karno. CFD Thamrin udah mirip pasar, enggak ada nyaman-nyamannya lagi," ujar warga penggemar olahraga lari.Rupanya, tak hanya masyarakat, Pemprov DKI Jakarta pun menyadari jika pelaksanaan CFD saat ini sudah melenceng dari tujuan awal.Pemprov DKI dikabarkan akan melarang kegiatan politik di kawasan CFD. Setiap kegiatan bisnis serta promosi barang dan jasa juga harus meminta izin dari Pemprov DKI dan kepolisian.Bagaimanapun, CFD atau HBKB harus tetap menjadi hari bebas kendaraan bermotor. Namun, warga juga berharap hari Minggu di kawasan itu menjadi HBKB alias "hari bebas kegiatan berpolitik". Mereka ingin jeda sesaat dari hiruk-pikuk politik yang selalu bising dan tak pernah usai di negeri ini.