Bagaimana Mengetahui Seorang Pilot Sudah Layak Terbang?

By , Rabu, 1 April 2015 | 15:30 WIB

Mengacu pada survey yang dilakukan di Amerika Serikat beberapa hari lalu terkait peristiwa penabrakan pesawat secara sengaja oleh kopilot depresi Andreas Lubitz, sebanyak 37% warga Amerika Serikat khawatir dengan kesehatan fisik maupun psikis pilot penerbangan yang akan mengemudikan pesawat mereka.

(Baca juga: Resiko Matinya Mesin Pesawat Jadi Kekhawatiran Utama Warga AS)

Pihak penerbangan Lufthansa, induk maskapai penerbangan Germanwings pun telah mengakui bahwa mereka mengetahui bahwa Andreas Lubitz pernah mengalami depresi, namun tetap meloloskannya untuk terbang menemani pilot utama pada penerbangan naas tersebut.

Lalu timbul pertanyaan: Jika pihak maskapai lalai dalam menyeleksi pilot ataupun kopilot untuk mengemudi pesawat dengan jumlah penumpang yang tidak sedikit, bagaimana cara lain untuk menilai seorang pilot sudah layak atau belum untuk mengemudi pesawat?

Menurut Thomas Kolditz, seorang mantan Brigadier Jenderal Akademi Militer Amerika Serikat, tidak ada tes psikologi tertentu yang dibebankan pada seorang pilot sebelum terbang. “Hanya pilot militer dengan misi khusus saja yang diwajibkan seleksi melalui tes psikologi, mengingat tugas yang akan dilakukan nanti adalah tugas yang sangat berat.” Jelasnya.

Pilot-pilot pesawat komersial memang dilatih melalui pelatihan keras dengan beragam tes fisik, termasuk tes dimana seorang pilot berpengalaman dengan jumlah jam terbang yang tinggi akan “mengajak” pilot baru untuk terbang bersama dan memposisikan mereka dalam penerbangan yang menegangkan. Darisanalah penilaian akan kesehatan dan kestabilan mental pilot baru akan diukur

Kolditz sendiri menyarankan bahwa latihan uji mental yang baik dan justru diperlukan adalah tes lapangan seperti tes uji mental dalam penerbangan menegangkan di atas, bukan dengan tes tertulis. Ia juga mengharapkan solusi terbaik dengan melakukan pertemuan rutin tiap tahunnya dengan seorang ahli terapi untuk membahas masalah psikologis mereka, meski pada nantinya terbukti tidak ada masalah dengan kondisi psikis mereka sekalipun. “Orang bisa pergi memeriksakan matanya ke dokter mata walau mereka tahu tdak ada yang salah dengan mata mereka,” tuturnya.