Proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya menurut Ina Primiana Syinar, Senior Advisor Supply Chain Indonesia tidak termasuk dalan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Proyek yang sampai saat ini berpolemik adalah bukti bahwa tidak ada perencanaan yang baik.
"Cilamaya ini nggak ada di rencana RPJM, cuma terminal, peluasan dari Tanjung Priok," tutur Ina, dalam diskusi "Peluang dan Tantangan Rencana Pembangunan Pelabuhan Cilamaya" yang diselenggarakan National Geographic Indonesia, di Jakarta, Selasa (31/3).
Sependapat dengan Ina, Satya Yudha, dari Komisi VII DPR menilai proyek ini adalah salah satu contoh surprise project yang kerap diusung oleh pemerintah, tanpa terencana dengan baik.
"Indonesia sering muncul surprise project. Pelabuhan Cilamaya masuk kategori itu. Ini menjadi hal yang sedikit complicated, menurut hemat saya proyek Cilamaya ini tidak terencana dengan baik," terang Satya.
Meski surprise project ini terkesan "lumrah" di Indonesia, namun Satya mengatakan semua pihak tidak boleh memaklumi. Harus ada perubahan, dan Pelabuhan Cilamaya ini bisa jadi studi kasus yang baik. Dimulai dari mengkaji ulang baik dan buruk proyek pembangunan yang diserahkan ke pihak swasta.
"Ini kan seperti ada satu project yang datang belakangan dan meng-ignore proyek yang lama. Kalau kita tahu, di sektor migas, kalau menemukan sumber energi terbaru tapi sudah ada sumber disitu, mereka akan menemukan teknologi terbaik agar tidak sampai mencelakai yang sudah ada. Ini bukan ide jelek, hanya secara kebetulan berada pada lokasi yang syarat infrastruktur minyak dan gas.
Komisi VII dan komisi V di DPR akan mencoba berdiskusi dengan beberapa pihak terkait untuk dan mengingatkan Presiden tentang hal ini. Karena kalau dibiarkan proyek-proyek ini bisa muncul lagi dengan overlapping," paparnya.