Sedikitnya 320 pekerja migran yang dilaporkan telah diperbudak menjadi nelayan di jermal-jermal di sekitar Pulau Benjina, Indonesia. Kondisi pekerja migram mengenaskan, dan Jumat (4/4) dievakuasi oleh pihak Indonesia.
Evakuasi ini dilakukan setelah pejabat-pejabat Indonesia mengunjungi Pulau Benjina. Evakuasi digelar berkat laporan Associated Press yang mendapati kondisi buruk, termasuk adanya sekelompok orang yang “dipaksa” untuk memukuli para pekerja migran itu.
Langkah pertama, para pejabat Indonesia menawarkan perlindungan hanya kepada mereka yang bersedia bicara terbuka tentang penganiayaan yang dialami. Tetapi Direktur Jendral Sumber Daya Kelautan dan Pengawasan Perikanan, Asep Burhanuddin mengatakan akan mengevakuasi siapa pun termasuk bersembunyi di hutan karena ketakutan.
Sekitar 320 orang mendaftarkan diri. Tujuh perahu besar siap membawa mereka dari Benjina menuju ke Pulau Tual, yang memakan waktu sekitar 24 jam perjalanan dengan kapal. Beberapa migran berada dalam kondisi sangat kurus dan sakit parah sehingga harus dipapah atau ditidurkan di papan supaya bisa diangkut ke kapal.
Tiga perempat dari lebih 320 pekerja migran yang meninggalkan Benjina hari Jumat adalah warga Myanmar, beberapa lainnya dari Kamboja, Laos dan Thailand. Ada sekitar 50 orang yang tetap menolak dievakuasi tanpa menerima gaji.