Letusan Tambora menginjeksi stratosfer bumi. Debu berupa campuran belerang dan asam sulfat mulai berotasi, menyelimuti bumi sekaligus menahannya dari cahaya matahari.
Karenanya, suhu bumi menurun, penyimpangan iklim global terjadi.
Tercatat, pernah ada fenomena dimana musim panas tidak terjadi di belahan bumi barat sana. Siapa sangka penyebabnya adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Pulau Sumbawa, Indonesia ini?
Di Indonesia saja, dampak letusan Tambora menyebabkan Nusantara tertutup awan pekat selama berhari-hari. Awan panas akibat letusan Tambora menyeret hampir 12.000 jiwa yang tinggal di sekitar gunung itu ke dalam kematian. Selebihnya, letusan Tambora juga mengakibatkan hujan abu terus-menerus di Bali, menutupi sawah dengan lapisan abu tebal, membuat para petani tersungkur karena gagal panen. Manusia kelaparan, 44.000 jiwa meregang nyawa.
Lebih jauh lagi, perubahan iklim drastis terjadi di belahan bumi utara. Salju turun saat cuaca seharusnya sedang memasuki musim panas. Di Amerika, suhu yang tadinya mencapai 35 derajat celcius turun drastis hingga di bawah nol hanya dalam hitungan jam. Di Itali dan Hongaria, salju yang turun berwarna cokelat kemerahan karena injeksi debu vulkanik Tambora.
Begitu kacaunya iklim di dunia saat itu akibat Tambora.
Kini, Tambora terdiam damai. Para pelancong kerap tergelitik untuk menikmati keindahan gunung yang dulunya menjadi terdakwa atas bencana dahsyat yang menggemparkan dunia ini.