Jelajah Banda Neira Bersama Pelni

By , Senin, 13 April 2015 | 16:30 WIB

Kota Banda Neira di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku di mata bangsa Eropa memang spesial. Gara-gara rempah-rempah, bangsa Spanyol, Portugis, Belanda sampai Inggris berlomba-berlomba mengarungi samudera, menempuh jarak ribuan kilometer pada tahun 1600-an demi menguasai hasil bumi Banda Neira untuk dijual di Eropa.Kini, sisa-sisa peninggalan mereka masih bisa dilihat di Banda Neira berupa benteng, istana sampai peralatan perang pada abad 17 tersebut. Selain penghasil rempah-rempah, ternyata Banda Neira yang ditempuh dari Ambon selama 5 jam dengan kapal cepat dan satu jam menggunakan pesawat itu memiliki alam yang indah dan memesona.Inilah yang melatarbelakangi PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) melakukan survei di Banda Neira sejak Senin (6/4/2015) hingga Rabu (8/4/2015) untuk melihat langsung potensi pariwisata Banda Neira sebelum dijadikan paket wisata PT Pelni.

Dalam pertemuan antara jajaran PT Pelni dengan para pelaku pariwisata membahas Paket Perjalanan Wisata PT Pelni, "Let's Go Banda Neira" di Hotel Maulana, Senin (6/4/2015) malam, Elfien Goentoro, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT Pelni mengemukakan, pihaknya ingin terlibat langsung untuk mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi ke Indonesia.Menurut Elfien, langkah Pelni ini terkait dengan target pemerintah mendatangkan 20 juta wisman sampai 2019. "Pelni memiliki aksesibilitas dan hotel terapung. Ada tujuh lokasi yang akan digarap Pelni termasuk Banda Neira untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke destinasi wisata tersebut," katanya. Untuk itu, sambung Elfien, Pelni sudah menyiapkan tiga kapal yakni KM Tidar, KM Kelud dan KM Tatamailau untuk keperluan pariwisata ke daerah-daerah yang selama ini sulit dijangkau wisatawan karena alasan biaya dan kesulitan penginapan.

Pulau Gunung Api di Banda Neira, Maluku, Senin (6/4/2015). (I Made Asdhiana/Kompas.com)

"Dalam setahun Pelni memiliki 23 frekuensi atau voyage, di mana satu frekuensi ditujukan untuk tujuan wisata bahari. Akses dan hotel terapung adalah kelebihan Pelni," kata Elfien.Di Wakatobi dan Raja Ampat, lanjut Elfien, Pelni memiliki paket wisata yang didalamnya berisi kegiatan bersepeda, mancing, sosbud, mengunjungi bangunan bersejarah dan membeli suvenir."Segmen tamu tak hanya diving, juga ada sepeda. Ke depan kemungkinan mengajak para fotografer dan blogger. Selama ini akses ke Ambon, Wakatobi, dan Raja Ampat kan susah," katanya.Sementara, Cahyono selaku Senior Manager BBM dan Pelumas PT Pelni dalam pemaparan "Let's Go Banda Neira" menjelaskan Pelni ingin mengubah wacana. "Dulu (Pelni) hanya sebatas mengangkut penumpang dan barang. Sekarang Pelni terjun ke pariwisata. Wisatawan pengguna Pelni bisa menikmati jogging track, gym di kapal serta tidur nyenyak, makan enak, mandi dan sampai tujuan," katanya.

Menurut Cahyono, nantinya di badan kapal KM Tidar yang akan melayari rute Ambon-Banda Neira akan terpasang ajakan "Let's Go Banda Neira"."Selama ini rute Pelni sering melewati tempat wisata tapi belum dioptimalkan. Tahun 2014 kita mulai. Pelni akan menampung para traveler untuk menikmati alam sekaligus mengembangkan hobi," ujar Cahyono.Wisatawan yang hendak menuju Banda Neira harus melewati Ambon, ibu kota Provinsi Maluku. Dari Ambon tersedia dua pilihan transportasi, menggunakan pesawat dan kapal laut. Penginapan pun terbatas hanya ada di Banda Neira.Nantinya, lanjut Cahyono, wisatawan akan dibawa menggunakan Pelni dari Ambon menuju Banda Neira. Selama perjalanan wisatawan menginap, mandi dan makan di kapal. Beragam paket wisata dirancang di Banda Neira mulai dari sepeda, mengunjungi tempat bersejarah, snorkeling, dan diving. "Setelah snorkeling, wisatawan bisa kembali ke kapal untuk mandi," ujarnya.Camat Banda Neira, Kadir Sarilan menyambut baik rencana PT Pelni untuk membuat paket wisata ke Banda Neira ini. Dia memaparkan, obyek wisata Banda Neira tak kalah dengan Raja Ampat yang terkenal dengan wisata baharinya. "Banda Neira sudah punya nama. Kita memiliki 41 spot untuk menyelam. Banda punya benteng, rumah tua dan cakalele," paparnya.

Benteng Belgica di Banda Neira, Maluku. (I Made Asdhiana/Kompas.com)

Dalam kesempatan itu, Camat Banda Neira mengusulkan kepada PT Pelni untuk membuat paket wisata pada bulan November. Alasannya pada bulan itu Kecamatan Banda Neira menggelar lomba belang atau kora-kora. "Ini acara setahun sekali. Cakalele dan lomba belang perlu dihidupkan," ujarnya.Oleh karena itu, menurut Kadir, Pemerintah Kecamatan Banda Neira siap mendukung program PT Pelni untuk menjadikan Banda sebagai destinasi wisata. "Banyak atraksi budaya di Banda Neira. Banda akan jadi kawasan khusus pariwisata. Kalau di Raja Ampat wisatawan diminta membayar Rp 250 ribu, di Banda gratis. Tahun 2016 baru akan kami pungut (bayaran)," katanya.Mengenai usulan Camat Banda Neira untuk paket wisata ke Banda Neira pada bulan November, Elfien menilai masih akan mempelajari karena Pelni masih mengadakan survei tempat wisata di Misool (Papua Barat) dan Togean (Sulteng)."Setelah itu baru dibuat rundown dan biayanya. Kalau nantinya paket (Banda Neira) disepakati November, maka tiga bulan sebelumnya kami promosikan paket tersebut untuk dijual kepada wisatawan," katanya. 

Wisatawan di Banda Neira, Maluku. (I Made Asdhiana/Kompas.com)

SampahNamun masalah utama yang mengganggu kenyamanan wisatawan berlibur di Banda Neira adalah soal sampah di laut yang hanyut terbawa gelombang hingga ke daratan. Kadir menambahkan masalah sampah masih menjadi persoalan pelik bagaimana mengajak masyarakat Banda Neira untuk  peduli soal sampah.Persoalan ditambah lagi dengan masih sering ditemukannya kapal-kapal yang seenaknya membuang sampah di laut. Ini masalah serius, padahal Banda Neira memiliki panorama alam yang cantik dan perlu dipromosikan untuk mengajak wisatawan berlibur ke pulau yang sarat peninggalan sejarah ini.