Mengingat Kembali Konferensi Asia-Afrika Tahun 1955

By , Minggu, 19 April 2015 | 18:30 WIB

Tepat sudah 60 tahun lalu, Konferensi Asia Afrika atau dikenal pula sebagai Konferensi Bandung digelar.

Konferensi yang diselenggarakan oleh negara yang kala itu baru saja merdeka, seperti Indonesia, Myanmar, Srilangka, India, dan Pakistan. Tujuannya sederhana, yakni mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan antar Asia-Afrika, serta melawan kolonialisme.

Mengapa Asia-Afrika? Pasalnya dua benua ini merupakan objek imperialisme Barat. Berbekal tekad bulat untuk membangun perdamaian, keamanan, serta pembangunan ekonomi dibanding kawasan lain, Konferensi Asia-Afrika (KAA) akhirnya digelar di Gedung Merdeka, Bandung. (Baca juga: Pembukaan Peringatan 60 Tahun KAA Digelar di Jakarta)

Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/3/2011). Gedung ini pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Sekarang gedung ini dimanfaatkan sebagai museum yang memajang catatan sejarah mengenai KTT Asia-Afrika berupa foto hingga koleksi benda. Foto: KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES

Lima negara  penyelenggara KAA tahun 1960 memiliki perwakilan. Indonesia diwakili Ali Sastroamijoyo, Sri Langka oleh Sir John Kotelawala, Pakistan oleh Muhammad Ali Jinnah, Myanmar oleh U Nu, dan India oleh Jawaharlal Nehru.

Kala itu, KAA yang digelar tanggal 18-24 April 1955 mengundang 29 negara, enam diantaranya negara Afrika dan 18 lainnya negara di Asia. Namun, Federasi Afrika Tengah tidak dapat hadir karena dilanda pertikaian dan masih dikuasai Inggris.

Dari pertemuan itu, tertuanglah Dasasila Bandung yakni pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia.