11 April lalu, kelompok militan ISIS merilis suatu video yang membuat geger dunia. Aksi mereka dikecam banyak orang di seluruh penjuru dunia.
Hal itulah yang diinginkan ISIS.
Video berdurasi kurang lebih 7 menit itu memperlihatkan aksi kaum militan ISIS menghancurkan beragam situs arkeologi yang tersebar di berbagai tempat di Timur Tengah, salah satunya di kawasan sebelah barat laut kota Nimrud. Tempat itu dibangun sejak abad ke-9 sebelum masehi oleh Raja Assyria Ashurnasirpal II.
Video di bawah ini memperlihatkan cara ISIS menghancurkan beragam objek sejarah di berbagai tempat yang berhasil mereka kuasai.
Dalam video aslinya yang berdurasi 7 menit, seorang anggota ISIS mengatakan bahwa “Di setiap tempat yang kami kuasai, kami akan merusak segala simbol yang berhubungan dengan politeisme, lalu menyebarkan ajaran monoteis disana.”
“Tujuan kelompok ISIS menghancurkan situs-situs purbakala tersebut adalah karena mereka memercayai segala bentuk pemujaan berhala adalah upaya penentangan terhadap interpretasi Islam Suni—yang selama ini ajarannya mereka pegang erat.” Ungkap Christopher Jones, seorang alumni Columbia University yang melakukan dokumentasi terhadap kerusakan wilayah di Irak akibat ulah kelompok ISIS tersebut.
Michael Danti, seorang profesor ilmu arkeologi dari Boston University menjelaskan alasan mengapa anggota ISIS kerap menghancurkan warisan budaya dan situs sejarah kuno dunia.
“Target utama ISIS adalah apa yang mereka anggap sebagai ‘musuh terdekat’ mereka, yakni semua orang kecuali orang Muslim Suni Salafist. Target kedua adalah segala warisan budaya yang dibangun mereka (orang non-muslim dan Muslim Suni), di masa sebelum Islam datang.”
Hal itu dibenarkan oleh Jones, mengingat selama ini yang selalu ditampilkan di video-video provokatif mereka adalah para anggotanya yang berbicara dalam bahasa Arab. Dengan begitu, target mereka sebenarnya adalah penduduk lokal. Jika mereka menargetkan seluruh warga internasional sebagai penonton, sudah seharusnya mereka menunjuk anggotanya yang mahir berbahasa Inggris. “Mereka memiliki banyak anggota dengan bahasa ibu bahasa Inggris.”
Selain menjadikan penghancuran warisan budaya sabagai bentuk “ketaqwaan” mereka, ISIS juga kerap melihat praktik arkeologi sebagai bentuk kegiatan asing yang mendukung nasionalisme Irak, itu berarti menghalangi tujuan mereka, dimana umat muslim modern di Timur Tengah digolongkan ke golongan khafilah yang lebih luas dan mencakup keseluruhan umat muslim dunia.