Dari Mana Materi Gelap di Alam Semesta Berasal?

By , Rabu, 22 April 2015 | 11:00 WIB

Selama 80 tahun para astronom terus berjuang mencari tahu partikel apa yang membentuk materi gelap di alam semesta. Berawal dari dugaan gerak galaksi, para ilmuwan menduga ada semacam partikel subatom yang tak terlihat, terbentuk di Big Bang dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya.

Analisa lain muncul setelah adanya petunjuk yang terekam dari teleskop antariksa Hubble dan Very Large Telescope yang berada di Chile. Diberitakan di Monthly Notices of The Royal Astronomical Society, para peneliti berpendapat bahwa materi gelap di galaksi bernama Abell 3827 merespon gaya yang lebih kuat daripada gaya gravitasi.

Gaya itu hasil pembentukan materi gelap. Biasanya, materi gelap membentuk sebuah lingkaran halo besar di galaksi. Halo itulah yang membuat galaksi kita tetap pada tempatnya. Tanpa adanya lingkaran halo, galaksi yang ada di alam semesta akan tercerai berai. Tetapi untuk satu galaksi yang ada di kluster ini, titik tengah lingkaran halo pusatnya melenceng sejauh 5000 tahun cahaya dari tempat dimana seharusnya titik pusatnya berada.

Para ahli kemudian mengungkap sebuah teori bahwa pembentuk masa gelap di alam semesta adalah WIMPS—weakly interacting massive particles atau partikel lemah berukuran besar yang saling berinteraksi di alam semesta. Partikel ini memiliki energi yang berkebalikan dari gaya gravitasi, karena ia mendorong partikel lain layaknya efek gaya nuklir.

Diduga, yang menyebabkan titik pusat lingkaran halo melenceng di galaksi Abell 3827 adalah karena adanya gaya dari partikel gelap lain yang juga berada di dekat galaksi itu. Selain itu, semburan dari formasi bintang yang terletak di sebelah galaksi juga diduga menjadi penyebab melencengnya pusat halo.

Namun, tetap saja, adanya partikel materi gelap di alam semesta menjadi penjelasan terbaik perihal melencengnya lingkaran halo tersebut. “Tapi kita masih perlu bukti kuat.” Tegas Jason Rhodes, ahli materi gelap dari Jet Propulsion Laboratory NASA, menjelaskan kepada National Geographic bahwa saat ini sedang dilakukan penelitian terhadap galaksi-galaksi terkait fenomena aneh itu.