Kini, isu pengulikan embrio manusia tidak lagi sebuah isu belaka. Para peneliti di Tiongkok benar-benar melakukan proses pengubahan gen pada embrio manusia.
Meski isu ini masih menimbulkan polemik bahkan di kalangan ilmuwan sendiri, peneliti di Tiongkok mengatakan bahwa eksperimen mengulik embrio manusia ini bertujuan membantu penemuan obat untuk penyakit genetik, contohnya, penyakit Tay-Sachs.
Beberapa kelompok yang menentang eksperimen ini mengatakan bahwa pasien tidak mungkin mampu mengandung embrio yang gen-nya telah dimodifikasi, dan nantinya akan muncul dampak buruk yang tidak dapat disembuhkan ilmuwan.
Kekhawatiran itu menginspirasi sejumlah peneliti untuk merilis op-ed di jurnal Nature bulan lalu, berisi imbauan untuk menghentikan eksperimen mutasi gen pada embrio manusia sebelum masalah kode etis tentang hal itu berhasil dipecahkan.
Namun, para peneliti di Guangzhou, Tiongkok tetap melakukan eksperimen itu. Dengan hanya memilih embrio yang tidak hidup, penelitian tetap dilanjutkan. Mereka menggunakan enzim CRISPR/Cas9 yang gunanya mengikat beberapa genom sebelum menyambungnya. Dengan begitu, bagian kecil dari gen penyebab gangguan darah beta thalassemia akan terbuang.
DNA yang telah dimodifikasi tersebut kemudiaan disuntikkan ke 86 embrio. Setelah dua hari, 27 embrio berhasil tumbuh dan meski belum sempurna, berhasil mengandung materi genetik yang diharapkan ilmuwan ada pada embrio modifikasi tersebut.
Terkait banyaknya kontroversi perihal mutasi gen pada embrio manusia, hasil penelitian ini ditolak untuk dimuat di jurnal sains Nature dan Science.