Konferensi Tinggi Tinggi Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) dimulai di Kuala Lumpur hari Senin (27/4), dan usaha pembangunan pulau oleh Beijing di Laut Cina Selatan akan mendominasi pertemuan dua hari itu.
Para pemimpin ASEAN mengatakan upaya-upaya Tiongkok membangun pulau di Laut Cina Selatan menjadi ancaman yang menggerogoti “perdamaian, keamanan dan stabilitas” kawasan itu.
Pernyataan yang dikeluarkan pada akhir KTT ASEAN di Malaysia menyatakan “keprihatinan serius” atas reklamasi lahan oleh Tiongkok di laut tersebut dan menghimbau agar “Tiongkok menahan diri dalam melakukan kegiatan-kegiatan”.
Juru bicara Kementrian LN Tiongkok Hong Lei membela tindakan-tindakan negaranya dengan mengatakan kegiatan pembangunan itu berada dalam wilayah kedaulatan Tiongkok.
“Kegiatan pembangunan Tiongkok di pulau-pulau dan karang di Laut Tiongkok Selatan sepenuhnya dalam kedaulatan wilayah Tiongkok ”kata Hong Lei. “Kegiatan itu tidak salah, beralasan dan sah, dan tidak berdampak pada negara lain manapun”.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak membuka konferensi hari Senin dengan mendesak ke-9 pemimpin lain ASEAN agar dengan damai mengelola sengketa wilayah dengan Tiongkok tanpa meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
Najib juga mengemukakan visi ASEAN menciptakan masyarakat tunggal kawasan itu, yang garis besarnya akan dibuat kelompok itu sebelum akhir tahun ini.
Tiongkok sedang mereklamasi tanah dan membangun lapangan terbang dan prasarana di kepulauan Spratley, yang juga diklaim oleh Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan. Daerah itu kaya akan sumber daya alam dan merupakan satu rute perdagangan utama.