Desa-Desa Nepal Musnah Tersapu Longsor

By , Rabu, 29 April 2015 | 22:00 WIB

Ribuan orang di pinggiran wilayah dekat pegunungan di Nepal sekarang hidup tanpa perlindungan. Tanpa makanan, air bersih, dan parahnya lagi, terputus hubungannya dengan dunia luar.

Selain kerusakan yang kebanyakan terjadi di wilayah Kathmandu dan korban tewas berjatuhan di Base Camp Everest akibat tertimbun longsor, dampak terburuk dari gempa Sabtu lalu ada di desa-desa yang terletak di pinggiran Nepal—dimana upaya pemerintah untuk menghubungi mereka hingga kini masih nihil.

Jalan-jalan yang menghubungkan Lembah Kathmandu pada desa-desa di pinggiran Nepal telah rusak, komunikasi terputus akibat jaringan yang ikut rusak.

Susahnya  menggali informasi tentang keselamatan mereka menjadi tugas pemerintah saat ini.

Desa Paslang, salah satu desa yang terkena dampak terparah akibat gempa Sabtu (24/5) lalu. Terlihat, rumah-rumah hancur, jalanan rusak. Terputusnya komunikasi membuat desa-desa di kawasan pinggir Nepal ini terlantar. Warganya berusaha menyelamatkan diri sendiri tanpa bantuan dari pemerintah. (BISHWO GHIMIRE, WORLD VISION/AP)

Menurut Ben Ayers, seorang Direktur Dzi Foundation, badan amal yang membantu korban bencana gempa Nepal lalu, masalah yang paling serius ada di perbukitan. “Tanah longsor di banyak tempat, korban-korban terus berjatuhan.” Ungkapnya, seperti yang dikutip National Geographic Selasa (28/4).

"Desa-desa ini seperti dibangun dari lumpur, sementara yang lain dari bebatuan." – Ben Ayers.

Collin Haley, seorang pendaki Alpen asal Amerika yang saat terjadi gempa sedang menginap di desa dekat tempat longsor terjadi, mengatakan bahwa “Jumlah penduduk yang mati di desa ini mengalahi jumlah mereka yang selamat.”

Desa Langtang adalah yang paling parah terkena dampak bencana tersebut.

Peta lokasi desa-desa di pinggiran Nepal yang turut terkena dampak gempa. (National Geographic Map)

Terletak sekitar 50 mil dari episenter gempa, desa ini membutuhkan bantuan segera untuk mengevakuasi para korban. Namun hancurnya akses menuju kesana menghambat para tim penyelamat untuk melakukan proses evakuasi.

Sementara itu, di desa yang terletak jauh dari episenter gempa, yakni di desa Khumbu Valley dekat gunung Everest, rumah-rumah juga mengalami kerusakan parah. Bencana itu datang di saat para pendaki baru memulai pendakian.

Ayers, yang saat itu sedang menikmati kopi di desa Chaurikharka saat gempa mulai mengguncang, menceritakan: “Semua di sekitar kami mulai berjatuhan. Penduduk–saking kagetnya hanya bisa berdiri diam.”

Lain halnya dengan Dave Morton, pendaki asal Amerika yang saat itu sedang menikmati santapan siang di salah satu rumah di desa Thame saat gempa terjadi, langsung berlari keluar ruangan. “Semua yang ada disana panik. Saya sendiri mengira dapur rumah tempat kami makan mengalami kebakaran. Kami semua berlari keluar rumah.” Jelasnya saat diwawancara via telepon pada National Geographic. Morton melaporkan ada dua penduduk desa Thame, keduanya merupakan Sherpa wanita, yang tewas akibat gempa tersebut.